Meskipun begitu, Healthline menambahkan bahwa banyak atau sedikitnya gas yang diproduksi oleh masing-masing individu akan berbeda tergantung kinerja mikroflora dan seberapa banyak gas yang diserap ulang oleh usus.
Konstipasi atau sembelit merupakan salah satu masalah pencernaan yang membuat seseorang tidak bisa secara teratur buang air besar.
Penderita intoleransi laktosa juga akan mengalami konstipasi ketika mengonsumsi susu atau produk turunannya.
Melansir Healthline, bakteri di dalam usus melakukan fermentasi terhadap laktosa yang tidak bisa diserap.
Akibatnya, muncul gas metana yang akan memperlambat waktu yang diperlukan oleh makanan untuk berpindah melalui usus sehingga menyebabkan konstipasi pada sebagian orang.
Meskipun konstipasi sebenarnya tidak bisa dikaitkan dengan intoleransi laktosa secara umum, banyak penderita yang mengalami gejala konstipasi ini.
Baca juga: Konstipasi
Penderita intoleransi laktosa mengalami diare yang merupakan kondisi di mana feses mengandung lebih banyak air.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh ahli dari beberapa negara di dalam World Allergy Organization Journal pada tahun 2017 menunjukkan bahwa diare merupakan gejala yang umum dialami oleh penderita intoleransi laktosa, khususnya anak-anak.
Fermentasi laktosa yang dilakukan di dalam usus meningkatkan jumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh melalui usus.
Hal ini menyebabkan diare meskipun menurut Healthline, penyebab diare tidak hanya karena intoleransi laktosa yang dimiliki oleh seseorang.
Intoleransi laktosa juga menyebabkan gejala tertentu yang juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti.