SETELAH sebelumnya sukses dengan riset kohor (cohort) yang sangat fenomenal tentang Sitting Rising Test (SRT) sebagai prediktor kematian (2012), kini Claudio Gil Araujo MD-PhD, seorang periset sekaligus dokter spesialis kedokteran olahraga, kembali melakukan penelitian yang selalu menonjolkan kebaruan dalam sains (novelty in science) yang sangat kuat.
Tujuan sebuah karya ilmiah sesungguhnya adalah untuk memajukan sains secara signifikan dengan kebaruan-kebaruan yang ditemukan.
Claudio Gil Araujo adalah peraih dual doctoral degree, doktor kedokteran dan filsafat (MD-PhD), dokter cum ilmuwan. Dia seorang dekan penelitian & pendidikan sekaligus pemilik klinik kedokteran olahraga “CLINIMEX” di Rio de Janeiro, RJ, Brasil.
Baca juga: Negara dengan Angka Harapan Hidup Tertinggi di Dunia
Riset terdahulunya bertajuk “Ability to Sit and Rise from The Floor As A Predictor of All-Cause Mortality” telah diterbitkan dalam European Journal of Cardiovascular Prevention (2012).
Riset kohor adalah penelitian dengan pendekatan longitudinal, sebuah riset yang dilakukan pada subyek perorangan dengan pengamatan berulang dari waktu ke waktu, menghasilkan data dalam jarak waktu tertentu, sehingga mengurangi kemungkinan bias akibat kesalahan pengambilan sampel.
Namun, kajian kohor menghabiskan biaya yang tidak sedikit, memakan waktu yang lama, dan kemungkinannya relatif besar untuk kehilangan subyek penelitian.
Penulis merasa sangat terhormat karena Claudio Gil mengontak penulis pada 18 September 2022 via LinkedIn. “Hi, I have identified a nice story about our sitting-rising test. Did you write it?” demikian dia menyapa penulis.
Rupanya beliau sudah membaca salah satu artikel penulis yang mengulas tentang Sitting Rising Test (SRT) yang dimuat di salah satu media digital nasional di negeri ini, yang juga diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul “Predicting Death with a Fitness Test”.
Setelah beberapa percakapan kecil, beliau memberikan kepada penulis sebuah link hasil riset terbarunya yang bertajuk “Successful 10-Second One-Legged Stance Predicts Survival In Middle-Aged And Older Individuals”.
Artikel tersebut telah terbit di jurnal internasional, British Journal of Sports Medicine, pada Juni 2022. Riset kohor inilah yang akan menjadi referensi utama tulisan saya kali ini.
Pada dasarnya, semua manusia memiliki keinginan untuk menjadi sehat dan bugar secara fisik di segala usia. Khusus untuk individu dengan usia 50 atau lebih, selain kebugaran aerobik, maka sebenarnya kebugaran dan kekuatan otot serta keseimbangan juga sangat relevan dengan kesehatan mereka.
Selama ini, keseimbangan umumnya cukup stabil sampai dengan usia 50-an. Tetapi setelah itu akan berkurang dengan cepat, meningkatkan risiko jatuh serta memperburuk resiko kesehatan lainnya.
Sayangnya sejauh ini kemampuan keseimbangan seseorang tidak dievaluasi secara rutin di sebagian besar pengaturan klinis pada individu denga usia 50 tahun ke atas. Keseimbangan selalu dihubungkan dengan hasil klinis seperti jatuh, dan jarang sekali dikaitkan dengan resiko kematian seperti halnya kebugaran aerobik.
Baca juga: Mengapa Tingkat Kebugaran Jasmani Setiap Orang Berbeda-beda?
Riset Claudio Gil kali ini juga didesain untuk memprediksi kelangsungan hidup (survival) atau resiko kematian seseorang berusia 50 tahun atau lebih, melalui tes keseimbangan. Tes dilakukan untuk menilai apakah kemampuan untuk menyelesaikan tes keseimbangan statis dengan cara berdiri selama 10 detik dengan satu kaki (10 seconds One-Legged Stance - 10s OLS) terkait dengan semua penyebab kematian.
Selain itu, diharapkan tes juga dapat menambahkan informasi prognostik yang relevan di luar data demografis, antropometrik, dan klinis biasa.
Partisipan dalam riset ini sebanyak 1.702 orang dengan rentang usia 51–75 tahun, dengan usia rata-rata 61 tahun. Penelitian dilakukan selama 12 tahun, dari 2008 hingga 2020.
Peserta dikelompokkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan hasil tes keseimbangan 10s OLS, dengan meminta peserta untuk berdiri dengan satu kaki selama 10 detik tanpa memegang apapun untuk menopang.
Kelompok pertama yang lulus melakukan tes keseimbangan 10s OLS disebut kelompok YA, kelompok kedua yang gagal melalui tes tersebut disebut kelompok TIDAK.
Ketidakmampuan peserta untuk lulus tes keseimbangan meningkat seiring bertambahnya usia, sementara mereka yang memiliki masalah berat badan atau diabetes juga lebih cenderung gagal.
Penelitian dihentikan pada saat peserta meninggal atau pada akhir periode penelitian tahun 2020. Secara keseluruhan, sebanyak 20,4 persen individu diklasifikasikan sebagai kelompok TIDAK.
Selama rata-rata tindak lanjut selama tujuh tahun, sebanyak 7,2 persen partisipan meninggal, dengan rincian 4,6 persen dari kelompok YA dan sebanyak 17,5 dari kelompok TIDAK dari hasil tes keseimbangan 10s OLS.
Proporsi kematian adalah 3,8 kali lebih tinggi di antara kelompok TIDAK dibandingkan dengan kelompok YA. Penelitian akhir studi ini mempertimbangkan usia, jenis kelamin, BMI, riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Riset itu menyimpulkan bahwa risiko kematian dalam rentang 10 tahun adalah 1,84 kali lipat lebih tinggi pada peserta yang gagal dalam tes keseimbangan dibandingkan mereka yang lulus tes.
Namun tetap saja tes keseimbangan ini mempunyai keterbatasan karena penelitian ini bersifat studi observasional sehingga kesimpulan tidak dapat menentukan penyebabnya. Artinya penelitian bersifat korelasi dan bukan sebab akibat (kausalitas).
Selain itu, karena peserta semuanya adalah orang kulit putih Brasil, temuan ini mungkin tidak berlaku lebih luas untuk etnis dan negara lain, artinya tidak bisa dilakukan over generalisation terhadap hasil penelitian.
Dalam keterbatasan variabel yang tidak terkontrol seperti riwayat jatuh dan aktivitas fisik baru-baru ini, kemampuan untuk berhasil menyelesaikan OLS 10 detik secara independen terkait dengan semua penyebab kematian.
Kemampuan tes juga menambahkan informasi prognostik yang relevan di luar usia, jenis kelamin dan beberapa variabel antropometrik dan klinis lainnya. Oleh karena itu, terdapat manfaat potensial untuk memasukkan tes keseimbangan 10s OLS sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada orang dewasa paruh baya dan lebih tua.
Meskipun tes keseimbangan 10s OLS maupun tes kebugaran berupa Sitting-Rising Test (SRT) dirancang untuk memprediksi resiko kematian individu usia 50 tahun ke atas, namun kegagalan pada kedua tes tersebut pada usia yang lebih muda sebaiknya tetap dijadikan alarm, tanda bahaya berupa sinyal, bahwa ada yang “tidak beres” dengan kebugaran secara keseluruhan baik kebugaran muskuloskeletal maupun kebugaran aerobik .
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.