Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2022, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Osteoporosis bisa terjadi pada anak-anak, yang menjadi penyakit kelainan tulang langka.

Mengutip Medical News Today, penyakit ini biasanya terjadi ketika pembentukan tulang tidak mencukupi atau individu terlalu banyak kehilangan kepadatan tulang.

Pada akhirnya, memengaruhi kekuatan dan struktur tulang, membuatnya lemah dan rentan patah.

Umumnya, osteoporosis dialami oleh orang lanjut usia sekitar 50-an tahun ke atas. Jarang terjadi pada orang lebih muda.

Osteoporosis pada anak disebut sebagai juvenile osteoporosis, di mana penipisan tulang terjadi di masa kanak-kanak.

Mengutip Verywell Health, usia rata-rata anak yang diserang osteoporosis adalah 7 tahun, tetapi dapat terjadi kisaran 1-13 tahun.

Baca juga: Tanda-tanda Rematik yang Harus Anda Waspadai

Tanda-tanda

Mengutip Verywell Health, tanda osteoporosis pada anak yang awal muncul biasanya adalah nyeri di punggung bawah, pinggul, dan/atau kaki.

Anak mungkin juga mengalami kesulitan berjalan atau berjalan dengan postur pincang.

Fraktur ekstremitas bawah adalah komplikasi umum osteoporosis pada anak, terutama terjadi pada lutut atau pergelangan kaki.

Osteoporosis pada anak juga dapat menyebabkan kelainan bentuk fisik, termasuk:

  • Dada cekung
  • Kehilangan tinggi badan
  • Kifosis: kelengkungan abnormal pada tulang belakang dada

Osteoporosis bisa menjadi masalah serius ketika menyerang anak karena ini adalah masa ketika mereka membangun sebagian besar massa tulang.

Kehilangan massa tulang selama masa penting ini dapat menempatkan anak pada risiko komplikasi serius, seperti perkembangan tulang yang tidak normal.

Baca juga: Tanda-tanda Penyakit Tulang Menyerang yang Harus Diwaspadai

Diagnosis

Mengutip Medical News Today, mendiagnosis osteoporosis pada masa anak-anak merupakan hal kompleks.

Pemindaian kepadatan tulang adalah cara yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi kepadatan tulang yang rendah pada tahap awal.

Interpretasi yang cermat perlu diperlukan untuk sampai pada diagnosis yang tepat.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com