KOMPAS.com - Di Indonesia, obat herbal masih sangat dipercaya oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan. Alasannya adalah harga yang terjangkau hingga dianggap lebih aman dibanding obat pabrikan.
Dengan kepercayaan yang begitu besar ini, ada banyak pengolahan obat herbal di berbagai daerah dari skala rumahan hingga pabrikan. Salah satu yang Kompas.com temui baru-baru ini adalah Arih Ersada, dari Tanah Karo.
Beragam herba diolah sekelompok ibu yang tergabung dalam kelompok tanaman Arih Ersada.
Baca juga: Menyimak Pengolahan Herba Menjadi Obat Tradisional Khas Karo
Kelompok tanaman obat di Desa Batu Jongjong, Bahorok, Langkat, Sumatera Utara ini terdiri dari sembilan ibu rumah tangga.
Arih Ersada sendiri berarti satu kesatuan dalam kelompok, tidak tersebar, menurut penuturan Niati boru Marbun, ketua Arih Ersada.
Ia menyampaikan, kelompok pembuat obat herbal Arih Ersada ini mulai berdiri pada September 2021.
Tujuannya adalah untuk menambah pemasukkan, terlebih selama masa pandemi Covid-19 yang berdampak langsung pada perekonomian keluarga.
Niati dan delapan ibu lainnya tidak berdiri sendiri. Kelompok tanaman obat herbal ini pertama kali digagas oleh Yayasan Sumatera Hijau Lestari (SHL).
"Kami bimbingan SHL. Jadi yang mengurus izin edar BPOM pun mereka," kata Niati saat ditemui Kompas.com di rumah sekaligus tempat produksi obat herbal di Batu Katak pada Jumat (23/9/2022).
Sementara untuk pemasaran produk, Niati dibantu anaknya yang merupakan pemandu wisata di Batu Katak.
Ia menuturkan, anaknya dapat berbahasa inggris dengan lancar sehingga obat herbal tidak hanya dipasarkan pada wisatawan lokal, melainkan turis mancanegara.
Baca juga: 11 Ramuan Jamu yang Terbukti Berkhasiat untuk Kesehatan
Jumlah herba yang digunakan Arih Ersada untuk membuat obat tradisional khas Karo ini berkisar belasan hingga puluhan macam.
Bahan baku obat herbal tersebut didapat langsung dari kebun milik bersama. Para ibu akan mengurus tanamannya setiap hari dan memproduksi obat herbal tiap satu minggu sekali.
"(Kebun) diurusin setiap hari, disemprot. Kalau enggak, nanti tanamannya dimakan ulat," ujarnya.