Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Regulasi Telemedicine Jangan Terlambat

Kompas.com - 04/11/2022, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LAYANAN kesehatan jarak jauh atau telemedisin (telemedicine) semakin populer di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain. Telemedisin mengisi kekurangan praktik tatap muka dalam pelayanan kesehatan.

Keunggulan telemedisin adalah mengatasi kendala jarak, menghemat biaya dan waktu, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Telemedisin akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Kapan saja seseorang mengalami gangguan kesehatan, ia akan membuka platform atau aplikasi telemedisin di gawainya, memilih dokter yang sesuai dengan keluhannya, kemudian memilih waktu untuk berkonsultasi.

Setelah mentransfer biaya, maka konsultasi pun dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang disepakati. Bisa saat itu juga jika dokter yang dituju sedang berjaga atau online.

Dokter lalu memeriksa keadaan pasien dengan mengajukan pertanyaan dan meminta pasien untuk mengukur suhu badan, tekanan darah, dsb, serta memeriksa catatan medis pasien.

Dokter bisa menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan tambahan di laboratorium, atau konsultasi ke dokter spesialis. Atau bisa langsung memberikan resep dan mengirimkannya secara elektronik ke apotek yang dikehendaki pasien.

Perkembangan Telemedisin

Amerika Serikat tercatat sebagai negara yang lebih maju dalam mengembangkan metoda telemedisin dibandingkan banyak negara lain.

NASA mengembangkan teknologi tercanggih untuk memantau kesehatan astronot di ruang angkasa pada awal tahun 1960-an.

Pada tahun 1967, berhasil dilakukan komunikasi jarak jauh antara dokter di Klinik Logan, Boston, dan pasien di Rumah Sakit Umum Massachusetts melalui sarana telekomunikasi (Andrianto dan Fajrina, 2021).

Ini awal dari perkembangan telemedicine atau telehealth yang lebih umum. Telemedisin pun berkembang pesat sejalan dengan penemuan internet pada 1990-an.

Merebaknya pandemi Convid-19 pada 2020-2021, mendorong penggunaan telemedisin semakin luas karena ada pembatasan mobilitas dan orang khawatir tertular virus jika pergi ke rumah sakit.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan penggunaan telemedisin meningkat lebih dari 154 persen pada akhir Maret 2020, dari keadaan setahun sebelumnya.

Praktik telemedisin juga berkembang di negara-negara lain, baik negara maju maupun negara berkembang (seperti India, Malaysia, dan Thailand).

Di Indonesia, upaya menerapkan telemedisin telah dirintis oleh berbagai pihak, walau dalam skala terbatas.

Banyak eksperimen dilakukan untuk menghubungkan fasilitas kesehatan dengan fasilitas kesehatan lain, seperti antara rumah sakit, atau antara rumah sakit di kota besar dengan puskesmas di pedalaman.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau