Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
CIRCULAR ECONOMY

Dari Pencair Obat hingga Plastik PET, Ini Peran Etilen Glikol dalam Kehidupan Manusia

Kompas.com - 25/02/2023, 11:59 WIB
Rindu Pradipta Hestya,
Anissa DW

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia industri banyak mengandalkan bahan kimia dalam proses produksi. Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan adalah etilen glikol. Senyawa ini digunakan untuk membuat berbagai produk, mulai pendingin radiator agar tidak overheating, cairan rem hidrolik, pulen, pelarut cat, kosmetik, hingga plastik.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (20/10/2022), etilen glikol merupakan anggota paling sederhana dari keluarga glikol senyawa organik. Zat ini diproduksi secara komersial dari etilen oksida yang diperoleh dari etilen.

Baca juga: 7 Negara Pemasok Etilen Glikol Terbesar ke Indonesia

Berdasarkan data dari Observatory of Economic Complexity (OEC), etilen glikol adalah produk ke-436 yang paling banyak diperdagangkan di dunia pada 2020. Di Indonesia, nilai impor etilen glikol yang diserap mencapai 174 juta dollar AS atau setara Rp 2,2 triliun pada 2022.

Dalam dunia industri, etilen glikol diandalkan sebagai komponen utama untuk memproduksi serat film dan plastik. Senyawa ini merupakan komponen utama dalam pembuatan polietilen tereftalat (PET) yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan botol plastik.

Dikutip dari Depoly.com, plastik PET terbuat dari polimerisasi asam tereftalat murni (TPA/PTA) dan etilen glikol yang dipanaskan bersama pada suhu tinggi. Untaian dari dua senyawa itu diubah menjadi bijih plastik yang digunakan untuk menghasilkan PET.

Baca juga: Benarkah Botol Plastik PET Lebih Ramah Lingkungan?

Plastik PET sendiri memiliki ciri transparan, ringan, dan tergolong kuat. Jenis plastik ini juga banyak dipakai untuk membungkus makanan dan minuman agar lebih praktis dibawa.

Sebagai informasi, plastik PET merupakan satu dari tujuh jenis plastik yang paling banyak digunakan sebagai kemasan pangan. Ini karena karakternya yang fleksibel dan dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan produksi yang spesifik, seperti warna, menahan sinar ultraviolet (UV), atau spesifikasi lain.

Adapun wilayah Asia Pasifik memiliki peluang pertumbuhan yang signifikan di pasar pengembangan plastik PET. Bahan baku yang melimpah dan ongkos produksi terjangkau menjadi faktornya.

Baca juga: Kemenperin Pastikan Produk Air Minum Dalam Kemasan Sudah Penuhi SNI

Atas alasan tersebut, perusahaan-perusahaan besar dunia pun semakin "percaya diri" untuk memasarkan produk dengan kemasan plastik PET kepada masyarakat, khususnya pada produk air minum dalam kemasan (AMDK).

Alasannya, karena plastik PET dianggap lebih aman bila dibandingkan jenis plastik lain, seperti polikarbonat yang diyakini rawan migrasi senyawa kimia bernama bisfenol A (BPA).

Risiko dari pemanfaatan etilen glikol

Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dibuat khawatir dengan kasus gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI) yang menyerang anak-anak. Dari sejumlah penelusuran, masalah kesehatan ini diduga muncul karena adanya cemaran etilen glikol pada obat cair atau sirup.

Berdasarkan sejumlah penelitian, cemaran etilen glikol bisa muncul saat polietilen glikol yang digunakan sebagai pengencer obat sirup bereaksi secara kimia. Padahal, etilen glikol sebenarnya lumrah digunakan sebagai bahan tambahan pangan (BTP) asalkan digunakan sesuai standar keamanan dan kesehatan.

Baca juga: BPOM Dalami Sumber Bahan Baku Obat Sirup dengan Etilen Glikol Lebihi Batas Aman

Perlu diketahui, batas keamanan BTP telah ditentukan dalam surat edaran dari Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang Penerapan Persyaratan Etilen Glikol dan Dietilen Glikol pada Pangan Olahan Terhadap Sediaan BTP yang dirilis pada Selasa (21/2/2023).

Dalam keterangan itu, disebutkan bahwa batas maksimal etilen glikol dari bahan baku sorbitol/gliserol/propilen glikol masing-masing tidak lebih dari 0,10 persen. Sementara, batas maksimum etilen glikol dari bahan baku polietilen glikol tidak lebih dari 0,25 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com