Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Urgensi dan Tantangan Kepemimpinan Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2023, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KESEHATAN menjadi salah satu aspek paling vital dalam kehidupan manusia. Bukti paling jelasnya bisa dilihat dari peningkatan harapan hidup manusia. Pada abad ke-19, harapan hidup kita tidak lebih dari 40 tahun. Saat ini, angkanya jauh meningkat menjadi 72 tahun, bahkan ada yang 80 tahun.

Inovasi di bidang kesehatan, manajemen rumah kesehatan, serta kepemimpinan menjadi faktor pendukung yang kuat.

Tahun 2020, kita diuji apakah sektor kesehatan mampu menangani pandemi berskala global. Di momen inilah kepemimpinan dunia kesehatan diuji. Menurut saya, para pemimpin di dunia kesehatan telah mampu menangani ganasnya pandemi sembari memelihara kualitas perawatan. Hingga saat ini, rakyat Indonesia mampu melalui pandemi Covid-19 dengan baik.

Baca juga: Scientist Leadership, Kepemimpinan Solutif Berbasis Ilmu Pengetahuan

Salah satunya berkat kerja keras para pemimpin di bidang kesehatan yang merespon dengan cepat perkembangan pandemi. Kita perlu angkat topi untuk para tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan dan rela jauh dari keluarga untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Secara khusus, kita harus angkat topi untuk para pemimpin di sektor kesehatan yang mampu mengelola anggota dan dirinya sendiri di tengah badai Covid-19.

Healthcare Leadership: Apa yang Perlu Kita Ketahui?

Healthcare leadership (kepemimpinan kesehatan) adalah kemampuan untuk memimpin dan mengelola organisasi atau sistem kesehatan dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Pemimpin layanan kesehatan harus dapat merencanakan dan mengatur operasi perawatan kesehatan yang efektif, memantau dan mengevaluasi kinerja, dan membuat keputusan strategis yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi.

Tanggung jawab kepemimpinan kesehatan termasuk merancang kebijakan dan program kesehatan yang efektif, memastikan organisasi memenuhi standar medis dan keselamatan yang ditetapkan, serta membimbing dan mengoordinasikan tim kesehatan.

Pemimpin layanan kesehatan juga harus memiliki keterampilan manajerial yang kuat, kemampuan untuk memotivasi staf, membangun hubungan pasien yang positif, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan perawatan kesehatan yang berubah dengan cepat.

Berkaca dari kasus pandemi, cara kerja, sifat, maupun karakter pemimpin kesehatan berbeda dari pemimpin pada umumnya. Kepemimpinan di bidang kesehatan menjadi isu yang menarik untuk dikaji. Namun, kajian tentang kepemimpinan kesehatan belum begitu berkembang.

Al-Sawai (2013) mengemukakan bahwa sebagian besar teori tentang kepemimpinan tidak berkembang pada konteks kesehatan, tetapi di sektor bisnis. Kemudian dari konteks bisnis dikembangkan ke sektor kesehatan. Alhasil, teori yang berkembang belum mampu menjawab secara holistik tentang kepemimpinan di sektor kesehatan.

Meskipun begitu, Sfantou et al (2017) memberikan penegasan bahwa gaya kepemimpinan berkorelasi kuat dengan perawatan kualitas. Mereka juga berargumen bahwa kepemimpinan dianggap sebagai elemen inti untuk penyediaan perawatan yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.

Apabila berbicara sifat  pemimpin dunia kesehatan, Hargett et al (2017) mengungkapkan lima sifat yang diperlukan di dalam diri pemimpin: bertindak dengan integritas, berkomunikasi secara efektif, bertindak dengan etika profesional, mengejar kesempurnaan, membangun dan mempertahankan hubungan, serta berpikir kritis.

Dr Robert Baginski, Direktur Program Doctor of Medical Science Universitas Northeastern, mendefinisikannya dengan lebih holistik. Menurut dia, kepemimpinan kesehatan adalah mengambil peran aktif dalam perkembangan kesehatan saat ini. Dia menegaskan bahwa kepemimpinan kesehatan tidak hanya berbicara tentang asuransi, mengelola staf, dan organisasi.

Idealnya, kepemimpinan kesehatan adalah bagaimana pemimpin memandu kita ke masa depan yang kita rasa perlu. Pernyataan Robert Baginski mendapatkan validitas dari perkembangan terbaru dunia kesehatan.

Kepemimpinan kesehatan memang harusnya berbicara bagaimana menyambut masa depan, terlebih teknologi kesehatan semakin berkembang dan terintegrasi dengan kehidupan masyarakat.

International Data Cooperation bahkan meramalkan, di akhir tahun 2026, sebanyak 55 persen organisasi kesehatan di Asia Pasifik akan memiliki kerangka tata kelola data sebagai respon dari perkembangan terkini dari kecerdasan buatan. Artinya, sektor kesehatan nanti akan sangat dipengaruhi oleh teknologi.

Menurut survei Harris Poll tahun 2022, penerapan teknologi sebagai solusi kesehatan semakin masif. Di Tiongkok, 55 persen responden menggunakan teknologi untuk mengelola kesehatannya.

Namun, kondisinya berbeda di Indonesia. Sebanyak 71,07 persen tidak pernah mengakses internet untuk layanan kesehatan seperti BPJS, Halodoc, dan lain sebagainya.

Apabila kita spesifikkan ke Indonesia, perkembangan global dan domestik ini setidaknya akan memengaruhi kepemimpinan kesehatan dalam tata kelola, kebutuhan kemampuan, serta visi dari pemimpin di sektor kesehatan itu sendiri.

Artinya, kepemimpinan kesehatan mencakup digital leadership dan kepemimpinan transformatif, serta kepemimpinan dalam krisis. Kepemimpinan kesehatan harus berorientasi pada peningkatan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan inovasi teknologi serta menggunakan pendekatan yang humanis, yang mengedepankan kepentingan pasien. Tantangan di masa depan akan semakin rumit.

Ancaman Kesehatan di Masa Depan

Jika kita membuat daftar potensi ancaman yang berdampak bagi dunia kesehatan, isunya cukup banyak, tetapi ada dua masalah yang harus menjadi perhatian khusus para pemimpin di dunia kesehatan: penyakit dan perubahan iklim. Dua isu ini saling terhubung, walaupun tidak langsung.

Terlepas dari itu, dunia kesehatan menghadapi dua ancaman sekaligus. Pakar Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Keluarga FKKMK UGM, Profesor Hari Kusnanto Josef, menyebutkan bahwa perubahan iklim yang terjadi akan mengancam ketahanan pangan. Hal ini cukup logis mengingat pangan merupakan bagian penting dari kesehatan masyarakat.

Terkait pangan, Indonesia memiliki masalah stunting (kekurangan gizi) yang perlu kita benahi bersama. Berdasarkan data terbaru, tingkat stunting turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Kerja keras para pemimpin kesehatan perlu kita apresiasi. Akan tetapi, angka ini masih tergolong banyak.

Selain itu, ketika perubahan iklim menjadi semakin parah, angka stunting bisa berpotensi meningkat kembali. Ini adalah tantangan serius yang perlu kita pikirkan bersama.

Di samping itu, para peneliti memperkirakan bahwa ada 2 persen kemungkinan kita akan menghadapi pandemi skala Covid-19. Angka ini memang kecil, tetapi kita perlu memikirkan kembali bagaimana pandemi Covid-19 terjadi. Apakah ada yang memperkirakan bahwa dunia harus melawan Covid-19? Tidak. Sehingga, persentase kecil pun perlu kita perlakukan serius agar lebih siap menghadapinya.

Tak hanya itu, perubahan iklim juga meningkatkan risiko untuk terjangkit penyakit menular. Studi dari Mora et al (2022) menemukan bahwa dari 375 penyakit menular yang diteliti, ada 218 (58 persen) yang diperparah perubahan iklim. Ini masalah serius dan bisa menjadi tantangan berat bagi para pemimpin di dunia kesehatan.

Mengingat ancaman eksternal yang sulit diprediksi, para pemimpin di dunia kesehatan perlu mengencangkan sabuk pengamannya. Menguatkan kapabilitas teknologi dan sumber daya manusia di setiap rumah sakit harus menjadi urgensi.

Karena itu, pekerjaan rumah para pemimpin dunia kesehatan adalah memperkuat manajemen organisasi, teknologi kesehatan, dan yang paling penting manusianya. Setidaknya, ketiga tiga hal ini bisa terus diperkuat, ancaman eksternal bisa diminimalisir.

Masalah di Dunia Kesehatan

Sayangnya, pemimpin harus menghadapi tantangan internal yang cukup pelik untuk diselesaikan, khususnya di aspek sumber daya manusia. Menurut WHO tahun 2019, rasio dokter spesialis di Indonesia 0,47 dari 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia tidak memiliki satu dokter untuk 1.000 penduduk.

Mengutip dari Katadata, Indonesia masih kekurangan 130 ribu dokter dari 270 ribu dokter yang dibutuhkan. Salah satu alasan kurangnya jumlah dokter adalah biaya pendidikan dokter yang terbilang mahal.

Belum lagi, setelah lulus S1, calon dokter juga perlu menempuh pendidikan lanjutan. Jenjang pendidikan yang lama serta biaya yang di atas rata-rata bisa mengurungkan niat para calon dokter brilian yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Baca juga: Kepemimpinan Kasual, seperti Apa Urgensinya di Masa Sulit?

Persebaran dokter juga belum merata. Mengutip data dari Katadata tahun 2020, dari 130 ribu dokter, sebanyak 71 ribu masih berpusat di pulau Jawa. Sisanya tersebar di pulau Sumatera (26.193), Sulawesi (9.495), Bali & Nusa Tenggara (7.034), Kalimantan (7.022), dan Maluku & Papua (2.661).

Melihat data ini, perlu adanya mekanisme pemerataan dokter di setiap pulau, sehingga masyarakat yang tidak bisa dijangkau mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.

Selain masalah terbatasnya dokter, kondisi kesehatan mental para tenaga kesehatan perlu kita soroti. Di masa pandemi (tahun 2020), 83 persen tenaga kesehatan mengalami burnout.

Kita menyadari bahwa ketika seseorang mengalami burnout, itu menjadi pertanda untuk lebih memperhatikan apa yang terjadi di dalam mental kita. Apakah fenomena ini dapat terulang?

Meskipun kondisi dunia membaik selepas pandemi, tetapi kita tidak bisa pungkiri bahwa kita membutuhkan banyak tenaga kesehatan.

Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, dari 270 juta penduduk Indonesia, hanya 0,21 persen yang menjadi tenaga kesehatan. Sebagian besar tenaga kesehatan pun terdiri dari perawat yang jumlahnya mencapai 511.191 orang dari 2.287.142 menurut data BPS tahun 2021.

Tak hanya itu, masih cukup banyak rakyat Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Jokowi. Presiden mengatakan. “Berdasarkan data sebanyak 2 juta masyarakat Indonesia masih melakukan pengobatan di luar negeri di banding negeri sendiri.”

Presiden Jokowi juga mengemukakan, konsekuensi dari fenomena ini membuat Indonesia kehilangan Rp 165 triliun. Fenomena ini adalah masalah yang serius yang harus ditangani kepemimpinan di dunia kesehatan.

Preferensi rakyat Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri mengindikasikan ada yang salah dengan dunia kesehatan kita, khususnya rumah sakit. Penyebab masalah ini perlu dideteksi agar pemimpin bisa merumuskan langkah yang tepat untuk menyelesaikan fenomena ini.

Yang Bisa Ditingkatkan

Saya berpandangan, pemimpin di dunia kesehatan perlu memberikan perhatian khusus kepada peningkatan sumber daya manusia. Terlepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang mumpuni, jika sumber daya manusia tidak mampu mengoptimalkannya dan memberikan perawatan yang terbaik, maka berbagai alat kesehatan yang ada menjadi tidak terlalu berguna.

Namun, sarana dan prasarana kesehatan kita yang semakin meningkat dalam aspek jumlah serta kualitasnya menjadi satu hal yang patut disyukuri. Kepemimpinan dunia kesehatan juga teruji dan semakin solid setelah pandemi Covid-19. Ini menjadi modal awal yang baik bagi pemimpin dunia kesehatan untuk melakukan transformasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya 3.112 rumah sakit yang ada di Indonesia di tahun 2021. Jumlah tersebut terdiri dari 2.514 rumah sakit umum dan 598 rumah sakit khususnya. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 2.959 unit.

Selain jumlah rumah sakit, masyarakat juga meningkat kepuasannya terhadap layanan rumah sakit. Berdasarkan survei BPS tahun 2020, sebanyak 89,13 persen responden puas dengan pelayanan rawat jalan rumah sakit. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 86,48 persen.

Dari penggambaran ini, pemimpin dunia kesehatan Indonesia telah memiliki tools yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ke depan. Beberapa rumah sakit pun telah memiliki tata kelola yang baik berkat kepemimpinan yang kuat.

Sebagai contoh, RSUD dr. Iskak di Tulungagung. RSUD ini pernah meraih Gold Award dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Oman pada 2019. Dr. Supriyanto Dharmoredjo merupakan sosok di balik RSUD dr. Iskak. Berkat kepemimpinannya, RSUD dr. Iskak memiliki pelayanan yang optimal.

RSUD dr. Iskak mengintegrasikan teknologi sebagai basis operasionalnya. Bahkan, RSUD dr. Iskak memberikan pelayanan kesehatan gratis di tengah keterbatasan anggaran dari pemerintah.

Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, berencana menjadikan RSUD dr. Iskak sebagai role model bagi rumah sakit lainnya. Para pemimpin di dunia kesehatan perlu menduplikasi RSUD dr. Iskak ini di banyak wilayah, sehingga pelayanan kesehatan Indonesia menjangkau seluruh penduduk.

Segala aspek perlu kita tingkatkan agar sektor kesehatan dapat memberikan pelayanan yang maksimal sehingga bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia.

Menurut Drew & Pandit (2020), peningkatan kualitas bergantung dari pelibatan dan pemberdayaan tim yang memeriksa pasien dengan perlengkapan dan keterampilan yang dibutuhkan. Segala kebutuhan terkait dengan perawatan pasien diserahkan oleh para profesional yang bersinggungan langsung dengan mereka. Syaratnya adalah adanya akuntabilitas yang ketat.

Allen-Duck et al (2017) mengelaborasi lebih jauh tentang syarat peningkatan kualitas perawatan kesehatan. Menurut mereka, ada empat atribut atau pilar peningkatan kualitas kesehatan.

Pertama adalah efektif, yang mencakup penanganan yang akurat, adil, dan tepat waktu. Kedua adalah safe. Maksudnya adalah bagaimana perawatan pasien harus menciptakan lingkungan sosial dan psikologis yang aman.

Ketiga adalah mengedepankan budaya unggul. Yang dimaksud budaya unggul adalah mengedepankan kasih sayang, kolaborasi, komunikasi yang efektif, menghormati pasien, dan bertanggung jawab. Terakhir adalah capaian yang diharapkan, yang mengedepankan kepuasan pasien.

Peningkatan kualitas merupakan proses panjang. Akan tetapi, satu kabar gembira yang mengawali proses penguatan sektor kesehatan adalah munculnya platform SatuSehat. Platform SatuSehat akan mengintegrasikan data rekam medis pengguna, sehingga memudahkan diagnosa masyarakat. Ini adalah bentuk komitmen dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan transformasi infrastruktur kesehatan.

Peningkatan kualitas lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan kepemimpinan diri. Mengapa ini penting? Agar para tenaga kesehatan memiliki self-awareness yang mumpuni dan mampu berkontribusi lebih optimal, sehingga meminimalisir burnout di antara tenaga kesehatan.

Dorsen-Brogg et al (2021) menyatakan bahwa intervensi kepemimpinan diri berguna bagi para tenaga kesehatan untuk menumbuhkan determinasi diri dan otonomi, yang berdampak positif pada keterlibatan kerja, kesehatan, dan performa.

Unsworth & Mason (2012) menambahkan, pelatihan kepemimpinan diri menawarkan pendekatan preventif pada manajemen stres. Ini akan meminimalisir masalah kesehatan mental yang pernah dialami oleh para tenaga kesehatan.

Singkatnya, para pemimpin di dunia kesehatan perlu mengencangkan sabuk pengaman agar bisa mentransformasi pelayanan kesehatan. Potensi dan kekuatan yang dimiliki dapat menjadi dorongan untuk berinovasi agar seluruh penduduk bisa terjangkau layanan kesehatan yang prima.

Saya berkeyakinan bahwa pemimpin dunia kesehatan Indonesia memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk melakukan semua itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau