KESEHATAN perempuan masih memprihatinkan. Dibanding lelaki, perempuan rentan terhadap kejadian penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan keterbelakangan perempuan di masyarakat menjadi kondisi yang masih terjadi.
Masalah gizi bayi dan ibu hamil, kematian ibu melahirkan, kesehatan remaja dan usia produktif, dan akses rendah ke pelayanan menjadi masalah bertahun-tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan perempuan jadi isu nasional dan global yang tidak selesai karena situasi konflik, bencana alam, status sosial, masalah adat, dan kemiskinan sebagai kondisi yang terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Dalam Geneva Consesus Declaration on Promoting Womens Health and Strengthening the Family tahun 2020, Indonesia menyatakan komitmen untuk meneruskan pembangunan di bidang kesehatan, yakni pelayanan kesehatan khususnya untuk perempuan dan anak-anak.
Di mana kesehatan perempuan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Geneva Consesus Declaration berisi komitmen mendukung dan menguatkan pelayanan kesehatan perempuan yang setara tanpa diskriminasi, serta menyadari pentingnya penguatan peranan keluarga untuk mencapai status kesehatan secara maksimal.
Akses pelayanan kesehatan perempuan menjadi persoalan yang mendesak diselesaikan. Hal tersebut meliputi akses kemudahan dan mendapatkan pelayanan serta akses terhadap jaminan kesehatan.
Diketahui pada kelompok masyarakat perempuan miskin terdapat kondisi 36,30 persen tidak memiliki akses jaminan kesehatan (JKN). Artinya mereka tidak memiliki kesehatan yang memadai dalam membangun keluarga dan generasi muda sehat dan mumpuni.
Dalam soal akses kesehatan perempuan ditemukan tiga hal, yaitu pertama kemudahan, kedua kualitas pelayanan, dan ketiga perlindungan finansial yang tidak dimiliki.
Tiga masalah yang sering diteriakkan dalam memandang kesehatan perempuan dan kita belum menyelesaikannya.
Berbagai ahli menyatakan kesehatan perempuan tidak hanya berkisar kesehatan reproduksi, kehamilan, dan persalinan saja.
Pada kenyataannya faktor perbedaan biologis tersebut sangat rentan bagi kesehatan perempuan.
Maka Kemenkes menyatakan bahwa masalah kesehatan perempuan yang tidak bisa diabaikan, yaitu persoalan reproduksi, perilaku kesehatan, dan juga nutrisi yang masih rendah.
Namun kita perlu meninjau hal-hal lain yang menentukan. Karena persoalan tersebut juga dipengaruhi oleh status pernikahan, pendidikan, nutrisi, kebiasaan merokok, perilaku sehat dalam kehidupan seksual, dan juga penggunaan kontrasepsi.
Status atau nilai perempuan dalam kedudukan sosial masyarakat juga jadi faktor menentukan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas.
Persoalan kesehatan perempuan dimulai sejak lahir hingga usia tua. Demikianlah maka siklus hidup perempuan dan risiko kesehatan mendapatkan pehatian serius dan menjadi strategi terkini yang ditetapkan Pemerintah.
Tentu dengan menetapkan skala prioritas pada aspek reproduksi perempuan yang terus ditingkatkan dalam melahirkan generasi penerus yang andal.
Angka kematian ibu dan bayi baru lahir belum menurun secara signifikan dan masih berbahaya.
Dalam menurunkan angka-angka menyedihkan ini, Kemenkes mengambil langkah meningkatkan cakupan imunisasi, meningkatkan jumlah kunjungan antenatal care (ANC), dan memastikan infrastruktur USG di setiap puskesmas.
Langkah dimaksudkan untuk mewujudkan layanan kesehatan ibu dan bayi yang aman dan menurunkan angka kematian dan mulai dijalankan pada 2022.
Di tingkat rujukan pelayanan kesehatan perempuan perlu terus ditingkatkan. Sistem pelayanan yang terkait menuntut perubahan sesuai perkembangan jaman dan teknologi.
Pada akhir 2022, terdapat enam rumah sakit vertikal yang ditingkatkan dan pembangunan gedung pelayanan, dll.
Hal tersebut meliputi pembangunan gedung, penyediaan peralatan, peningkatan kompetensi SDM nakes, peningkatan kapasitas tanggap darurat rumah sakit, dan peningkatan teknologi informasi rumah sakit.
Kematian ibu banyak terjadi di rumah sakit sehingga upaya peningkatan ketersediaan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak perlu didukung segenap komponen bangsa.
Dari sini kita melihat persoalan kesehatan perempuan sebagai masalah esensial kesehatan yang dihadapi.
Upaya-upaya kesehatan bersifat promotif dan preventif di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) sangat menentukan. Peran puskesmas dalam penguatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sudah pada tempatnya.
Perilaku sehat masyarakat dimulai di puskesmas dan upaya dilakukan secara integratif program di masyarakat.
Strategi pendekatan berdasarkan continuum of care dan health risk menempatkan puskesmas sebagai garda depan penguatan pelayanan kesehatan perempuan di Indonesia.
Maka seluruh program puskesmas merupakan pintu masuk dalam penguatan pelayanan kesehatan perempuan di Indonesia.
Tidak menutup kemungkinan puskesmas menjadi tempat dilaksanakannya komitmen masyarakat dalam membuka kemudahan akses pelayanan kesehatan perempuan.
Halangan status perempuan, nilai, pendidikan, dan ekonomi mesti dijembatani dalam fungsi promotif preventif dan edukasi puskesmas yang dapat dijalankan.
Komplikasi karena hipertensi dan perdarahan, pernikahan dini, kekerasan dalam rumah tangga, konflik yang terjadi, pencegahan penyakit menular dan tidak menular (termasuk kanker), dan persoalan perempuan bekerja menjadi konsen ditanggulangi dan dicegah.
Sekiranya hal ini tidak membuat overload, peran puskesmas menjadi sangat strategis.
Perlu dijaga adalah prosedur pelayanan yang ditetapkan dapat berjalan dengan baik dan terjaga kualitasnya. Artinya manajemen pelayanan dan jaga mutu berjalan dengan baik di puskesmas untuk keselamatan pasien.
Puskesmas sejumlah 10.321 (2022) yang tersebar di sudut-sudut pelosok menjadi aset menentukan bagi Indonesia.
Memang berat menurunkan angka kematian ibu tahun 2030 menjadi 70/100.00 Kelahiran Hidup (KH). Target antara tahun 2024 sebesar 183/100.000 KH, dan kondisi sekarang 305/100.000 KH.
Waktu tinggal sedikit dan penurunan angka kematian selama beberapa tahun tidak signifikan. Tantangan yang mesti dijawab dengan penyeliaan pelayanan yang efektif di puskesmas, juga di tengah masyarakat.
Kesehatan dan status kesehatan perempuan harus diperjuangkan dan terus ditingkatkan sebagai masalah esensial. Disadari bahwa sektor kesehatan Indonesia tidak bisa kerja sendirian.
Berbagai sektor dan organisasi masyarakat perlu bersinergi dan berkolaborasi mewujudkan penguatan kesehatan perempuan.
Puskesmas berada di garda terdepan karena pendekatan promotif preventif yang ditetapkan relevan dengan kebutuhan.
Sudah banyak program dalam kesehatan perempuan dijalankan di puskesmas. Dan sebagai aset yang strategis puskesmas kiranya dapat menjalankan perannya yang efektif dalam meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang masih terus menghantui kelangsungan hidup perempuan hingga sekarang ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.