Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2023, 19:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Anak kelahiran tahun 1990-an ke bawah pasti familiar dengan permainan rumah-rumahan.

Di zaman itu, anak-anak berkumpul untuk bermain peran menjadi satu keluarga, ada ayah, ibu, dan anak, di mana rumahnya biasa dibuat dari bentangan jarik atau selimut yang diikat di tiang, kursi, atau pagar rumah.

Permainan rumah-rumahan itu sekarang sudah ditinggalkan dan anak-anak generasi sekarang lebih mengenal mainan online yang disebut roleplay (RP).

Baca juga: Dampak Bermain Roleplay di Usia Anak yang Harus Diwaspadai Orangtua

Roleplay adalah permainan yang memainkan peran menjadi tokoh tertentu atau orang lain, di mana pemain dapat memodifikasi karakternya.

Permainan modern ini banyak tersedia secara online di berbagai platform, seperti PC, ponsel, dan console.

Salah satu roleplay yang saat ini tengah disorot jagad maya adalah roleplay yang dimainkan oleh anak perempuan usia 11 tahun dengan pengguna Tiktok lain yang tidak dikenalnya.

Konten RP yang dimainkannya juga berbau dewasa. Diceritakan dia sudah memiliki anak yang diperankan oleh akun lainnya.

Permainan roleplay online dan rumah-rumahan mungkin terkesan memiliki konsep yang sama, tetapi keduanya sangat berbeda.

Baca juga: Anak Kecanduan Bermain Roleplay, Apa yang Perlu Dilakukan Orangtua?

Apa perbedaan roleplay online masa kini dengan permainan rumah-rumahan di zaman dulu?

Roleplay modern secara harfiah dipahami sebagai permaianan untuk bermain peran.

Oleh karena itu, Dr. Zulvia Oktanida Syarif SpKJ mengatakan bahwa roleplay online dan rumah-rumahan, keduanya sebenarnya memiliki konsep dasar yang sama, yaitu bermain peran.

Bermain peran telah dikenal lama sebagai metode pembelajaran anak untuk mengembangkan kepribadiannya.

"Tujuannya, agar dia bisa belajar untuk berempati dengan menjadi orang lain" kata Dr. Zulvia yang biasa disapa Vivi kepada Kompas.com pada Kamis (21/6/2023).

Namun, roleplay online memiliki modifikasi permainan yang lebih memiliki banyak risiko atau bahaya, terutama bagi anak-anak.

Baca juga: Kenali Perubahan Perilaku Anak yang Kecanduan Gadget

  • Roleplay tidak melibatkan identitas pemain yang jelas

Pertama, bermain rumah-rumahan pada zaman dulu melibatkan anak-anak yang jelas identitasnya, di mana orangtua juga tahu latar belakangnya dan mudah mengaksesnya. Mereka umumnya adalah teman sebaya.

"Ketika bermain roleplay secara online ini identitas dirahasiakan, sebenarnya laki-laki atau perempuan, usia berapa, tinggal di mana, backgroundnya apa, di sini tidak boleh dikasih tahu," ucapnya.

"Sehingga, anak bisa jadi chatting (dalam game) dengan orang yang mungkin sudah dewasa, atau orang yang punya maksud tertentu, kita (orangtua) tidak tahu apakah dia predator anak atau pedofilia," timpalnya.

Baca juga: 7 Dampak Kecanduan Gadget pada Kesehatan

  • Roleplay mudah menjadi media grooming

Kedua, Dr. Vivi mengungkapkan bahwa roleplay online mudah menjadi media orang dewasa melakukan grooming.

Grooming adalah manipulasi seksual yang dilakukan orang dewasa pada anak di bawah umur.

"Jadi, dia (oknum) bisa mengekspos anak-anak dengan pornografi atau konten seksual. Bahkan, mungkin juga dia menjebak anak dengan mengirim foto-foto tertentu untuk blackmail," bebernya.

Blackmail adalah istilah untuk upaya eksploitasi aib atau kelemahan orang lain agar dirinya mendapatkan keuntungan tertentu.

Tindakan tersebut mampu menyerang psikologis anak dengan membuatnya merasa tertekan dan was-was, apabila aib atau kelemahannya tersebar di dunia maya.

Baca juga: 6 Cara Sehat Gunakan Gadget

  • Roleplay tidak memiliki batasan waktu yang jelas

Selain itu, bermain peran rumah-rumahan di zaman dulu memiliki batasan waktu yang sangat bisa dikontrol oleh orangtua masing-masing anak yang terlibat.

"Misalnya, kalau sudah sore permainan bisa dibubarkan langsung untuk mereka mandi, makan, dan lain-lain. Jadi, jelas batas waktunya," ungkapnya.

Sedangkan, permaianan bermain peran era modern kini tidak memiliki batasan waktu yang jelas dan sulit dikontrol orangtua.

"Kalau roleplay karena dia chatting, dia bisa anytime, bisa pagi, siang, malam. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak dibatasi waktu dia akan chatting dengan lawan perannya, misalnya suami atau pacar pura-puranya," ucapnya.

Akibatnya, permainan online ini seperti menjadi bagian kehidupan nyata dari anak-anak yang memainkannya.

"Ini akan mengaburkan perspektif atau pandangan anak terhadap realita, mana yang nyata, mana yang dunia khayal," jelasnya.

"Sehingga, sangat besar perbedaannya antara bermain peran zaman dulu dengan roleplay online ini," pungkasnya.

Baca juga: Cara Mudah Atasi Kecanduan Gadget

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau