"Pada masa anak dan remaja sebenarnya sedang dalam pembentukan identitas diri. Ketika dia bermain roleplay dengan identitas berbeda, bisa terjadi yang disebut role confusion," ucapnya.
Role confusion adalah tahap psikososial yang umum terjadi pada masa remaja untuk menentukan identitas dan peran dirinya dalam kehidupan dan lingkungan.
Apabila pada tahap itu anak berpura-pura memainkan karakter orang lain dengan intens, Dr. Lahargo menilai anak bisa tidak menemukan identitas dirinya yang sebenarnya.
"Apalagi kalau permaianan roleplay dilakukan untuk waktu yang sudah cukup lama dan juga berkepanjangan dalam satu hari, jadi berlebihan," tuturnya.
Baca juga: Bagaimana Bentakan Memengaruhi Perkembangan Otak Anak?
RPG di platform sosial media, seperti Tiktok, Facebook, atau Twitter, memiliki tingkat adiksi yang tinggi.
"Adiksi atau ketergantungan sekarang bukan hanya pada zat, seperti alkohol, rokok, ataupun narkoba, tetapi pada perilaku juga. Misalnya, bermain internet, media sosial. Ini dikenal sebagai behavior addiction," terangnya.
Anak yang sudah mengalami behavior addiction pada roleplay, dikatakannya, bisa memainkan itu hampir sepanjang waktu, bisa jadi lebih dari 3 jam.
"Ini akan mengganggu waktu yang akan dia pakai untuk kegiatan lain, yaitu fungsi dasar kehidupannya, seperi makan, mandi, istirahat, sekolah, belajar, dan sosialisasi di dunia nyata dengan orangtua, teman, dan lingkungannya," ujarnya.
Ia menuturkan bahwa fungsi dasar kehidupan itu sangat dibutuhkan anak untuk membentuk identitas diri yang sehat di masa depan.
Baca juga: 4 Bahaya Game Online untuk Kesehatan, dari Kecanduan hingga Obesitas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.