KOMPAS.com - Aspartam kerap kita jumpai ketika membaca komposisi makanan atau minuman dalam kemasan.
Zat ini umumnya digunakan sebagai alternatif gula, sama seperti sakarin dan sorbitol.
Merujuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), aspartam dikategorikan aman berdasarkan Keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 tahun 2009.
Baca juga: Pemanis Buatan Berisiko Sebabkan Kanker
Codex Alimentarius Commision (CAC) adalah Lembaga Internasional yang ditetapkan FAO/WHO untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin terjadinya perdagangan yang jujur.
Dalam pengaturan Codex disebutkan bahwa Aspartam dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dan minuman antara lain minuman berbasis susu, permen, makanan dan minuman ringan.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang apa itu aspartam, kegunaan, dan efek sampingnya.
Baca juga: Sering Dijadikan Pemanis Buatan, Ini Bahaya Sirup Jagung
Mengutip Healthline, aspartam adalah pemanis buatan tanpa nilai gizi, yang paling banyak digunakan di pasaran.
Zat ini merupakan bubuk putih tidak berbau yang kira-kira rasanya 200 kali lebih manis dari gula.
Artinya, aspartam dalam jumlah yang sangat kecil sudah cukup memberikan rasa manis pada makanan dan minuman.
Bahan aspartam termasuk asam aspartat dan fenilalanin. Keduanya adalah asam amino (blok pembangun protein) yang terjadi secara alami.
Baca juga: WHO: Pemanis Non-Gula Tidak untuk Turunkan Berat Badan
Asam aspartat diproduksi secara alami oleh tubuh dan fenilalanin adalah asam amino esensial yang Anda dapatkan dari makanan.
Ketika Anda mengonsumsi aspartam, tubuh akan memecahnya menjadi metanol.
Metanol juga dihasilkan oleh tubuh Anda setelah mengkonsumsi buah, jus buah, minuman fermentasi, dan beberapa sayuran.
Metanol akan berbahaya, hanya jika dikandung dalam jumlah besar. Dalam jumlah kecil juga perlu diwaspadai, jika dikombinasikan dengan metanol bebas.
Baca juga: 3 Pemanis Alternatif Pengganti Gula
Metanol bebas menjadi masalah karena jika dipecah menghasilkan formaldehida, karsinogen, dan neurotoxin.
Namun, paparan makanan terhadap metanol dan formaldehida yang dihasilkan aspartam tidak menimbulkan masalah keamanan, menurut European Food Safety Authority (EFSA) dan Food and Drug Administration Trusted Source.
Mengutip Food Insight, aspartam diklaim aman karena ini adalah salah satu bahan yang dipelajari paling mendalam terkait persediaan makanan manusia, dengan lebih dari 200 penelitian mendukung keamanannya.
BPOM juga sudah menyatakan aspartam adalah pemanis aman, kecuali untuk penderita fenilketonuria, yaitu orang dengan kondisi tubuh tidak dapat mencerna asam amino fenilalanin.
Baca juga: Mengenal Gula Stevia, Pemanis Alami dengan Berbagai Manfaat Kesehatan
Dikutip dari Food Insight, kegunaan aspartam sebagai bahan dalam minuman dan makanan yang diizinkan meliputi untuk campuran berikut:
Produk yang mengandung aspartam harus diberi label pada kolom komposisi produk. Namun, beberapa produsen makanan dan minuman tidak mencantumkannya.
Merujuk BPOM, batas maksimum konsumsi aspartam yaitu 50 mg/kg berat badan per harinya.
Misalnya, Anda memiliki berat badan 50 kg, maka maksimal konsumsi aspartam per harinya 2.500 mg.
Baca juga: 16 Buah Pilihan dengan Kadar Gula Alami Tertinggi
Mengutip Healthline, penggunaan aspartam belum secara meyakinkan terkait dengan efek samping yang serius atau masalah kesehatan pada populasi umum.
Bagi orang-orang tertentu, produk yang mengandung pemanis buatan ini sebaiknya dihindari karena berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Orang yang memiliki kondisi ini tidak boleh mengkonsumsi produk apa pun yang mengandung aspartam karena tubuhnya tidak bisa memproses fenilalanin dengan baik.
Ini adalah penyakit genetik langka yang didiagnosis saat lahir.
Penumpukan fenilalanin dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai efek samping negetif, seperti kerusakan otak.
Fenilalanin adalalh asam amino esensial yang ditemukan dalam sumber protein, seperti daging, ikan, telur, dan produk susu.
Baca juga: Berapa Batas Aman Asupan Gula untuk Anak?
Orang yang minum obat untuk skizofrenia juga harus menghindari aspartam.
Diskinesia tardif (Tardive dyskinesia) dianggap sebagai efek samping dari beberapa obat skizofrenia.
Fenilalanin dalam aspartam dapat memicu gerakan otot diskinesia tardif yang tidak terkontrol.
Ada banyak klaim dengan berbagai tingkat kepastian ilmiah yang menunjukkan efek samping aspartam, seperti berikut:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aspartam berkontribusi untuk kondisi tertentu di atas. Namun, penelitian yang lain melaporkan tidak ada efek samping terkait asupan aspartam.
Setelah menyimak apa itu aspartam, kegunaan, dan efek sampingnya, pastikan Anda bisa lebih cermat saat melihat komposisi asupan yang sehari-hari dikonsumsi.
Baca juga: 7 Cara Mengurangi Asupan Gula Per Hari demi Kesehatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.