KOMPAS.com - Prevalensi penderita diabetes tipe 2 di usia muda semakin meningkat di seluruh dunia.
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dyah Purnamasari Sulistianingsih mengatakan bahwa 40 tahun lalu, diabetes melitus yang diderita oleh pasien usia muda identik dengan Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1).
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Dilakukan Setelah Didiagnosis Diabetes Tipe 2
"Akan tetapi, saat ini persepsi tersebut berubah. Seiring dengan peningkatan prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia, terdapat peningkatan prevalensi DMT2 bagi mereka yang berusia 15–39 tahun," kata Prof Dyah dalam siaran pers pada Saabtu (8/7/2023).
Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah penyandang diabetes tipe 2 terbanyak di dunia yang menduduki peringkat ke-5 teratas.
Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) 2021, terdapat 19,5 juta penyandang diabetes tipe 2 di Indonesia dengan proyeksi prevalensi yang terus meningkat sebesar 150 dalam 2 dekade ke depan.
Baca juga: 12 Faktor Risiko Diabetes Tipe 2 yang Harus Diwaspadai
Tren prevalensi diabetes tipe 2 pada populasi kurang dari 45 tahun di Indonesia juga turut meningkat hingga 2 kali lipat mulai dari 7,4 persen pada 2007 menjadi 14,7 persen pada 2018.
"Penyakit DMT2 pada usia muda bersifat lebih progresif dan menyebabkan kejadian komplikasi kronik lebih dini," ujarnya.
Ia menuturkan kondisi ini juga dapat menurunkan produktivitas pada usia kerja dan meningkatkan beban kesehatan jangka panjang.
"Penyandang DMT2 dengan komplikasi membutuhkan biaya hingga 130 persen
lebih tinggi dibandingkan penyandang DMT2 tanpa komplikasi," ungkapnya.
Baca juga: Mengenali 4 Penyebab Diabetes Tipe 2
Untuk mencegah diabetes tipe 2 di usia muda di Indonesia, Prof Dyah menyarankan langkah preventif yang cepat, tepat, dan masif.
"Regulasi dan promosi mengenai batasan konsumsi gula harian, aktivitas fisik,
dan deteksi dini gangguan metabolik perlu dilaksanakan untuk mencegah DMT2 pada usia muda," ucapnya.
Ia menambahkan, "Implementasi regulasi yang ada memerlukan kerja sama dari pemerintah, orang tua maupun pengasuh, guru dan lingkungan sekolah, serta stakeholder."
Selain itu, pencegahan dengan pendekatan berbasis keluarga juga memegang peran penting.
"Ini dapat difokuskan pada kelompok berisiko, seperti populasi anak kandung atau kerabat dekat," terangnya.
Baca juga: 5 Cara Mengobati Diabetes Tipe 2 pada Anak yang Perlu Diketahui
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya