KOMPAS.com - Demensia adalah penyakit yang menurunkan kemampuan fungsi otak sehingga penderitanya tidak bisa melaksanakan fungsi sehari-hari.
Beberapa orang menganggap demensia sebagai bagian dari penuaan. Anggapan itu wajar, karena sering bertambahnya usia kemampuan otak kita juga menurun.
Namun, penurunan kemampuan otak yang dialami penderita demensia bersifat drastis hingga merusak tubuh pengidapnya.
Bahkan, seiring berkembangnya penyakit demensia yang dialami, pasien juga bisa mengalami berbagai penyakit serius yang memicu kematian.
Melansir Mayo Clinic, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi demensia, yakni lewat obat dan terapi, di antaranya:
Obat-obatan ini bekerja dengan meningkatkan tingkat pembawa pesan kimiawi yang terlibat dalam ingatan dan penilaian.
Jenis obat ini bisa memicu efek samping seperti mual, muntah, dan diare. Kemungkinan efek samping lainnya termasuk detak jantung melambat, pingsan dan masalah tidur.
Baca juga: Tak Bisa Disepelekan, Ini 5 Penyakit Kronis Akibat Demensia
Memantine (Namenda) bekerja dengan mengatur aktivitas glutamat.
Glutamat adalah pembawa pesan kimia lain yang terlibat dalam fungsi otak seperti pembelajaran dan memori. Memantine terkadang diresepkan dengan inhibitor kolinesterase.
Jenis obat ini terkadang memiliki efek samping sakit kepala.
Dokter juga bisa meresepkan obat lain untuk mengobati gejala penyerta.
Pasien mungkin memerlukan perawatan untuk depresi, masalah tidur, halusinasi, parkinsonisme, atau agitasi.
Untuk perawatan demensia melalui terapi, dokter biasanya memberikan jenis terapi berikut:
Terapi okupasi dilakukan untuk membuat kondisi rumah menjadi lebih aman dan mengajarkan mekanisme coping.
Hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan, seperti jatuh.