Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Dikira Sama, Ini 3 Perbedaan Halusinasi dan Delusi

Kompas.com - 11/10/2023, 12:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagian orang masih menganggap halusinasi dan delusi adalah dua hal yang sama.

Padahal, ada perbedaan mendasar dari kedua gejala psikosis yang sama-sama membuat pengidapnya tidak bisa membedakan mana yang nyata dan khayalan semata ini.

Mengetahui perbedaan halusinasi dan delusi dapat membantu pasien untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut.

Baca juga: Bukan Hal Gaib, Ini Penyebab Halusinasi

Perbedaan halusinasi dan delusi

Perbedaan delusi dan halusinasi dapat dikenali dari pengertian, pengalaman yang terlibat, dan cara mengatasinya. Disarikan dari Healthline, berikut penjabarannya:

  • Perbedaan arti delusi dan halusinasi

Delusi adalah keyakinan palsu yang membuat seseorang tidak bisa membedakan mana realitas dan mana khayalan.

Sedangkan halusinasi adalah persepsi palsu yang membuat orang merasa melihat, mendengar, atau merasakan aroma yang sebenarnya tidak bisa dirasakan orang lain.

  • Bagian otak yang terlibat

Delusi melibatkan bagian otak yang mengendalikan pengalaman kognitif atau kemampuan berpikir. Sehingga, delusi hanya melibatkan keyakinan dan pemikiran yang terasa nyata padahal sebenarnya tidak.

Sedangkan halusinasi melibatkan pengalaman sensorik atau indra tertentu. Sehingga, halusinasi melibatkan sensasi, perasaan, suara, aroma, penglihatan, atau persepsi lain yang sebenarnya tidak nyata.

Baca juga: Halusinasi: Penyebab, Jenis, hingga Cara Mengatasinya

Baca juga: Bagaimana Kelebihan Dopamin Bikin Halusinasi dan Berkaitan dengan Skizofrenia?

Baca juga: Petik 5 Manfaat Nostalgia buat Menjaga Kesehatan Mental

  • Cara mengatasi halusinasi dan delusi

Mengatasi halusinasi dan delusi tentu saja tergantung akar penyebabnya. Dilansir dari VerywellMind, halusinasi biasanya diatasi dengan konsumsi obat dari psikiater yang dikombinasikan dengan konseling.

Obat yang diresepkan tergantung gejala halusinasi. Sedangkan konseling dapat membantu pengidap mendapatkan wawasan tentang apa yang dialami dan membantu mengembangkan strategi penanggulangannya.

Jika halusinasi disebabkan oleh suatu obat, dokter Anda mungkin mengurangi dosis obat tersebut, menghentikan, atau menggantinya dengan obat lain.

Sementara itu, cara mengatasi delusi paling efektif dengan terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini dilakukan dengan mengenali bagaimana delusi mempengaruhi otak dan menerapkan strategi CBT.

Jika delusi merupakan bagian dari psikosis, dokter biasanya mengkombinasikan terapi ini dengan obat antipsikotik.

Perlu diketahui, penyebab delusi dan halusinasi bisa sama-sama dari gangguan kesehatan mental dan penyakit yang menyerang otak, seperti parkinson, tumor otak, demensia, sipilis, stroke, atau epilepsi.

Setelah menyimak perbedaan halusinasi dan delusi di atas, jangan keliru lagi membedakan kedua kondisi ini. 

Baca juga: Mengenal Apa Itu JOMO dan Manfaatnya untuk Kesehatan Mental

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau