KOMPAS.com - Pernahkah Anda mengalami sesak napas setelah menghirup cairan pemutih pakaian?
Yah, cairan pemutih pakaian sering kita gunakan untuk menghilangkan noda membandel di pakaian putih.
Baca juga: 6 Racun dalam Makanan yang Bisa Sebabkan Penyakit Mematikan
Terkadang, orang menggunakannya untuk membersihkan lantai kamar mandi atau keramik yang kotor.
Nah, saat itulah mereka dapat tanpa sengaja menghirup aroma pemutih pakaian tersebut.
Jika terlalu lama menghirupnya, apalagi cairan yang digunakan konsentrasinya kuat, kita bisa mengalami sesak napas, batuk, mata perih, mual, dan muntah.
Bagaimana bisa? Artikel ini akan mengulasnya secara ringkas.
Baca juga: 10 Obat Alami untuk Menghilangkan Racun dalam Tubuh
Cairan pemutih pakaian yang dijual dipasaran terbuat dari bahan dasar klorin.
Dalam laman PubMed, disebutkan bahwa klorin dalam konsentrasi tinggi bisa memicu iritasi paru-paru dan kerusakan akut pada paru-paru.
Cairan pemutih pakaian memiliki konsentrasi yang rendah. Namun, hal itu tetap bisa mengiritasi selaput lendir.
Klorin dalam cairan pemutih pakaian sering kali dicampur dengan asam. Hal ini bisa menimbulkan zat beracun yang tentunya berbahaya saat kita menghirupnya.
Karena itu, kita disarankan untuk mengencerkan pemutih pakaian sebelum menggunakannya.
Anda bisa menuangkan satu cangkir pemutih ke dalam satu ember air.
Baca juga: Efek Gas Air Mata pada Mata, Menyebabkan Kemerahan sampai Kebutaan
Jika kita nekat menggunakan cairan pemutih pakaian tanpa mencampurkannya dengan air terlebih dahulu, kesehatan kita bisa terancam.
Dalam laman Michigan Department of Community Health disebutkan bahwa pemutih pakaian digunakan sebagai desinfektan untuk membunuh bakteri dan jamur.
Pemutih tersebut memiliki bau dan gas klorin yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Jika kita menggunakannya tanpa mengencerkannya terlebih dahulu, gas klorin bisa terhirup dan masuk ke tubuh. Hal ini bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti berikut:
Paparan gas klorin tingkat rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit paru-paru permanen, seperti bronkitis dan sesak napas.
Hal ini juga dapat menyebabkan korosi pada gigi. Paparan jangka panjang banyak ditemukan di tempat kerja.
Baca juga: Mengenal Tetrodotoksin, Racun Ikan Buntal yang Bahayakan Nyawa
Menghirup gas klorin dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Hal ini bisa memicu sesak napas yang dapat menyebabkan kematian, jika tidak diobati.
Segera atau dalam beberapa jam setelah menghirup gas klorin, paru-paru dapat mengalami iritasi, sehingga menyebabkan batuk dan/atau sesak nafas.
Lamanya reaksi sebelum gejala ini terjadi bergantung pada jumlah klorin gas yang Anda alami. Semakin tinggi jumlahnya, semakin cepat gejala muncul.
Jika Anda tanpa sengaja meminum cairan pemutih pakaian, Anda bisa mengalami muntah, mual, iritasi tenggorokan, dan lambung.
Kontak dengan gas klorin dapat menyebabkan luka bakar parah dan mungkin mengiritasi mata, kulit, hidung, dan tenggorokan menyebabkan kerusakan permanen.
Ketika klorin bersentuhan dengan jaringan lembab seperti hidung, mata, tenggorokan, dan paru-paru, gas tersebut membentuk asam (asam klorida) dan dapat merusak jaringan.
Baca juga: Benarkah Memanaskan Ulang Sayur Bayam Menjadikannya Racun?
Terkadang, tanpa kita sadari gas klorin masuk ke tubuh melalui beberapa aktivitas, seperti mencuci pakaian atau membersihkan lantai kamar mandi dengan cairan pemutih.
Saat hal itu terjadi, kita bisa melakukan langkah berikut:
Baca juga: Benarkah Sayur Bayam Bisa Jadi Racun Jika Tak Segera Dimakan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.