KOMPAS.com - Baby blues adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang banyak dialami wanita pasca melahirkan.
Mengutip Kementerian Kesehatan RI, riset menunjukkan baby blue dialami oleh sekitar 60–70 persen para ibu baru di seluruh dunia.
Baca juga: Bedanya Depresi dan Baby Blues yang Perlu Dipahami
Baby blues cenderung muncul pada hari ke-2 atau ke-3 pasca melahirkan.
Sementara, kondisi ini umumnya akan berlangsung selama beberapa hari dan paling lama hingga 2 minggu.
Kondisi ini bisa membuat penderitanya merasakan suasana hati yang buruk, mudah stres, marah, cemas, dan khawatir.
Untuk mengetahui lebih lanjut ibu dengan baby blues, artikel ini akan mengulasnya agar siapa saja lebih perhatian terhadap adanya kondisi ini.
Baca juga: Masalah Kesehatan Mental Bisa Meningkatkan Risiko Baby Blues pada Ibu
Baby blues memengaruhi suasana hati penderitanya.
Melansir laman Healthline, baby blues bisa terjadi karena adanya fluktuasi hormon yang ekstrem pasca melahirkan.
Fluktuasi hormon tersebut berguna untuk membantu wanita pulih dari persalinan, bisa merawat bayi, mengecilkan rahim agar kembali ke ukuran normal, dan meningkatkan laktasi.
Sayangnya, perubahan hormonal tersebut juga bisa memengaruhi pola pikir wanita usai persalinan.
Jika baby blues menyerang, wanita bisa mudah menangis tanpa alasan yang jelas.
Mereka juga sering kehilangan kesabaran, mudah marah, gelisah, cemas, dan kelelahan.
Wanita yang mengalami baby blues juga sering mengalami insomnia, perubahan suasana hati, serta sulit berkonsentrasi.
Hal semacam ini biasanya menyerang kuat dalam waktu empat hingga lima hari usai persalinan.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Baby Blues pada Ibu Tak Kunjung Sembuh?
Untungnya, wanita yang akan melahirkan bisa melakukan antisipasi agar dapat melawan risiko baby blues.