KOMPAS.com - Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang memengaruhi fungsi otak, khususnya pada bagian yang mengendalikan memori, pemikiran, dan perilaku.
Alzheimer memiliki dampak yang mendalam pada individu yang terkena serta lingkungan sekitarnya. Lalu, apakah Alzheimer bisa disembuhkan?
Ternyata, penyakit Alzheimer tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, pengobatan dan perawatan yang sesuai bisa memperlambat progres masalah kesehatan ini.
Untuk itu, simak penjelasan dan faktor risiko penyakit Alzheimer berikut ini.
Baca juga: Tak Hanya Pengaruhi Otak, Begini Komplikasi Alzheimer pada Tubuh
Sayangnya, hingga saat ini, Alzheimer belum dapat disembuhkan sepenuhnya.
Melansir WebMD, penderita Alzheimer bisa mengalami penurunan kemampuan kognitif secara bertahap, termasuk kehilangan daya ingat, kesulitan dalam memecahkan masalah, dan perubahan perilaku.
Selain itu, kehidupan sehari-hari penderita Alzheimer menjadi semakin sulit karena kesulitan berkomunikasi dan menyelesaikan tugas-tugas rutin.
Bagi keluarga dan teman-teman, menyaksikan perubahan ini bisa menjadi pengalaman yang menyakitkan dan memerlukan ketahanan emosional yang besar.
Oleh karena itu, pemahaman tentang efek Alzheimer bukan hanya penting dalam konteks perawatan kesehatan, tetapi juga dalam membentuk dukungan sosial yang diperlukan bagi mereka yang terkena dampak penyakit ini.
Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang progresif dan menetap dalam struktur otak, menyebabkan kerusakan sel saraf yang tidak dapat dipulihkan.
Menurut penelitian yang diterbitkan di dalam jurnal European Journal of Pharmacology pada tahun 2020 juga menyebutkan bahwa belum ada obat yang dapat mengembalikan fungsi otak yang hilang akibat penyakit ini.
Pengobatan yang tersedia saat ini lebih fokus pada pengelolaan gejala dan upaya memperlambat perkembangan penyakit.
Beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengurangi gejala Alzheimer dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Contohnya adalah inhibitor kolinesterase, seperti donepezil, galantamine, dan rivastigmine, yang bertujuan meningkatkan kadar neurotransmitter asetilkolin di otak untuk memperbaiki fungsi kognitif.
Namun, efek obat-obatan tersebut bersifat sementara dan tidak menghentikan atau menyembuhkan perkembangan penyakit Alzheimer. Selain itu, respon terhadap obat dapat berbeda pada masing-masing individu.