KOMPAS.com - Kontrasepsi oral alias pil KB selama ini dikenal fungsinya untuk mencegah kehamilan. Meski itu memang manfaat utamanya, tetapi sebenarnya kita juga bisa memakai pil KB untuk berbagai masalah lain.
Hal itu karena pil KB mengandung hormon, yaitu progesteron atau pun estrogen.
"Semua jenis pil KB memiliki satu tujuan, yaitu menghentikan atau mengurangi ovulasi," kata dokter spesialis kandungan Raj Vito Shah seperti dikutip dari womenshealthmag.
Pil kontrasepsi juga sudah digunakan secara luas untuk mengatasi berbagai gangguan yang disebabkan karena ketidakseimbangan hormon.
Hormon perempuan dikontrol oleh kelenjar pituitari, tiroid, adrenal, dan juga ovarium. Jika salah satu dari kelenjar itu tidak berfungsi optimal, maka bisa terjadi ketidakseimbangan.
"Pil kontrasepsi ini dapat menggantikan produksi hormon yang tidak seimbang itu," jelas Dr.Vito Shah.
Baca juga: 5 Jenis Alat Kontrasepsi dan Efektivitasnya dalam Mencegah Kehamilan
Pil KB secara umum aman dengan risiko yang minim, tetapi pada perempuan yang menderita hipertensi, migrain, ada riwayat pembekuan darah, atau merokok, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum memakai pil ini.
Berikut adalah manfaat pil KB selain untuk kontrasepsi:
- Mengatasi gejala premenstrual syndrome (PMS)
Hampir 90 persen perempuan mengalami gejala-gejala PMS sebelum haid, seperti kelelahan, mood swing, gampang marah, hingga perut kembung.
Menurut Dr.Raj Vito Shah, PMS terjadi karena anjloknya hormon estrogen dan progesteron. Nah, karena pil KB akan melepaskan dosis hormon yang stabil, maka efek dari fluktuasi hormon menjelang haid tidak akan berdampak parah.
- Mengurangi gejala endometriosis
Endometriosis atau pertumbuhan jaringan di luar rahim, akan membuat wanita mengalami nyeri dan kram yang berat setiap datang bulan.
Dengan konsumsi pil KB, gejala menstruasi akan berkurang yang berarti penumpukan pada rahim akan berkurang, pelepasan uterus akan berkurang, dan, bagi penderita endometriosis, migrasi dan pertumbuhan jaringan rahim ke seluruh tubuh akan berkurang. Ini semua mengurangi rasa sakit.
Baca juga: Benarkah Endometriosis Bikin Wanita Sulit Hamil? Berikut Faktanya...
- Mencegah anemia
Jumlah darah yang keluar setiap siklus haid bervariasi pada tiap wanita. Jika aliran darah haid sangat deras dapat membuat seseorang rentan mengalami anemia.
Konsumsi pil KB akan membantu menipiskan lapisan pada rahim. Lapisan yang tipis berarti darah yang keluar lebih sedikit. Pada sebagian orang, konsumsi pil KB bisa membuat haid berhenti ada pula yang hanya mengurangi volume darah.
- Mengurangi risiko kanker
Penelitian menyimpulkan, konsumsi pil KB selama 15 tahun dapat mengurangi risiko menderita kanker ovarium sampai 50 persen. Sementara itu, risiko kanker endometriosis juga berkurang sampai 70 persen.
"Perlindungan dari kanker ovarium terjadi karena tidak ada ovulasi. Pengulangan ovulasi setiap bulan bertahun-tahun bisa meningkatkan risiko kanker ovarium. Konsumsi pil KB bisa mencegah hal itu," kata dokter ginekologi Alyssa Dweck.
Perlindungan terhadap kanker uterus juga mirip. Karena pil KB akan menipiskan lapisan uterus, maka makin sedikit jaringan yang menumpuk, makin rendah risikonya jadi penyakit.
Baca juga: 4 Gejala Awal Kanker Ovarium yang Jarang Disadari
- Mengatasi sindrom PCOS
Normalnya tubuh perempuan melepaskan satu sel telur setiap siklus mens. Namun pada kondisi polycystic ovary syndrome (PCOS), sel telur yang matang itu tidak dilepas dan tetap tinggal di ovarium. Hal ini bisa menghambat terjadinya pembuahan sehingga kehamilan tidak terjadi.
Gejala lain dari PCOS adalah haid yang tidak lancar, kegemukan, dan pertumbuhan rambut-rambut di tubuh.
Karena akar masalah dari PCOS adalah hormon yang tidak seimbang, maka pil KB bisa membantu mengatasinya sehingga fungsi pelepasan sel telur dapat berjalan.
- Mengurangi keluhan saat menopause
Pil KB memang diasosiasikan dengan perempuan usia subur, tetapi konsumsi pil ini menjelang masa menopause dapat membuat proses transisi lebih lancar.
"Ini akan menjaga level hormon tetap stabil dan mengontrol beberapa gejala menopause, seperti serangan panas, berkeringat di malam hari, dan timbul bercak perdarahan," kata Dweck.
Baca juga: 18 Ciri-ciri Menopause Dini pada Wanita dan Cara Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.