Penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan memainkan peran penting dalam psikopati.
Pola asuh yang negatif, kasar, dan lalai semuanya dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak dan remaja.
Trauma masa kanak-kanak secara signifikan meningkatkan risiko psikopati, terutama jika seseorang secara genetik sudah memiliki kecenderungan untuk mengalaminya.
Trauma ini bisa meliputi pelecehan fisik, pelecehan seksual, serta paparan terhadap kekerasan dalam rumah tangga di rumah.
Riwayat gangguan perilaku masa kanak-kanak pada seseorang bisa menjadi faktor risiko juga.
Jika seorang anak memiliki gangguan perilaku, gangguan menentang oposisi (oppositional defiant disorder/ODD), atau gangguan kepribadian lainnya, individu tersebut berisiko lebih tinggi menumbuhkan perilaku psikopat di kemudian hari.
Ciri-ciri kepribadian masa kanak-kanak tertentu, juga telah dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi terkena psikopati.
Contohnya, ketidakstabilan emosi dan perilaku impulsif.
Orang dengan psikopati juga cenderung tidak takut terhadap konsekuensi, seperti hukuman atau isolasi sosial.
Orang-orang dengan sifat psikopat kemungkinan besar tidak akan mencari diagnosis atau pengobatan sendiri.
Biasanya mereka tidak percaya bahwa mereka mempunyai masalah.
Mereka mungkin menerima diagnosis psikopat hanya setelah diwajibkan oleh pengadilan, baik selama proses pidana atau sengketa hak asuh anak.
Baca juga: Bisakah Anak-anak Menjadi Psikopat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.