Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
dr Meggiy Saputra
Dokter

Hoaks dalam isu kesehatan harus dibasmi

Mengungkap Mitos Pantangan Makanan Pasca-Operasi

Kompas.com - 17/04/2024, 14:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH menjalani operasi, pasien sering kali dibanjiri berbagai saran yang sebagian besar berasal dari pengobatan tradisional China (TCM) mengenai makanan apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi agar proses penyembuhan berjalan optimal.

Namun, seiring dengan berkembangnya penelitian modern, banyak kepercayaan lama terkait larangan ini mulai semakin dipertanyakan.

Pertama, hindari makanan laut dan ayam.

Salah satu mitos TCM yang persisten adalah rekomendasi untuk menghindari makanan laut dan ayam setelah operasi, namun bukti yang mendukung klaim ini sangatlah sedikit.

Dalam penelitian tahun 2021 oleh para peneliti dari Center for Translational Research in Aging & Longevity, menyebutkan bahwa konsumsi nutrisi yang memadai penting untuk mengatasi respons stres akibat bedah dan mengurangi hilangnya massa otot, kekuatan otot, dan fungsionalitas dari otot.

Protokol ERAS (Enhanced Recovery After Surgery) yang disebutkan dalam penelitian ini merekomendasikan asupan protein sebanyak 1,6–3 g/kg/hari dari sumber protein berkualitas tinggi yang terbagi secara harian, dengan 20–40 g protein dikonsumsi setiap kali makan.

Jumlah protein ini bertujuan membantu memastikan kebutuhan protein terpenuhi setelah tindakan operasi.

Memaksimalkan kualitas dari jenis protein juga menjadi hal penting, seperti sumber protein makanan utuh dari produk hewani (ayam, daging sapi, ikan, telur, dan susu), yang dianggap memiliki kualitas tertinggi sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, kesehatan, dan fungsi optimal.

Status nutrisi sangat memengaruhi hasil dan program rehabilitasi atau pemulihan pascaoperasi.

Kedua, hindari konsumsi kecap untuk mencegah bekas luka gelap secara permanen.

Salah satu mitos yang beredar adalah bahwa warna gelap dalam kecap dapat mengakibatkan bekas luka menjadi gelap dan meninggalkan bekas permanen pada kulit. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Jika benar bahwa makanan berwarna gelap dapat menggelapkan kulit, maka kita juga harus menghindari berbagai makanan gelap lainnya seperti cokelat, kopi, anggur, rumput laut, dan lainnya.

Pada kenyataannya, pembentukan bekas luka adalah bagian dari proses penyembuhan yang normal dan seberapa jelas bekas luka terlihat bergantung pada faktor lainnya.

Tampilan bekas luka lebih berkaitan dengan bagaimana Anda merawat luka tersebut sampai benar-benar sembuh total.

Namun memang, bekas luka yang terlihat jelas dapat disebabkan garukan berulang yang kemudian akan mengganggu proses penyembuhan, tapi bukan disebabkan makanan yang Anda konsumsi.

Bahkan para ahli TCM telah mengonfirmasi bahwa ini hanyalah mitos. Pada intinya, penting untuk menjaga kebersihan luka dan menghindari menggaruknya untuk mencegah terjadinya bekas luka.

Artikel tinjauan studi, yang dipublikasi pada tahun 2022 dalam studi bedah plastik dan bedah rekonstruksi oleh Fouad Saeg dan timnya, telah meninjau 36 penelitian dengan total gabungan 2.339 pasien.

Studi ini menyelidiki efektivitas penggunaan suplemen vitamin dan/atau mineral secara oral, topikal, atau intravena untuk perawatan luka.

Berdasarkan data yang disediakan dalam tinjauan ini, penggunaan intervensi nutrisi spesifik memang dapat meningkatkan hasil dari penyembuhan beberapa jenis luka.

Hal ini menunjukan bahwa pada dasarnya semua jenis makanan gizi seimbang, adalah disarankan dan didorong, bahkan dapat meningkatkan hasil penyembuhan luka.

Secara keseluruhan, banyak studi menunjukkan bahwa mitos-mitos makanan pascaoperasi yang paling banyak beredar tersebut kurang memiliki dukungan ilmiah.

Namun hal ini dapat muncul karena pada umumnya setelah operasi, wajar bagi pasien untuk merasa ingin mengikuti semua instruksi dari berbagai sumber dengan sesempurna mungkin.

Namun, bersikap terbuka terhadap beberapa hal dan lebih memperhatikan respons dari tubuh Anda terhadap saran-saran tersebut, dapat sama membantunya dibandingkan dengan terlalu disiplin serta ketat mengikuti pedoman tertentu.

Para ahli bedah tentunya lebih mendorong diskusi terbuka dengan pasien mengenai strategi pemulihan pascaoperasi, tentunya yang berbasis bukti ilmiah. Yang memfokuskan pada pemeliharaan kesehatan secara keseluruhan dibandingkan deretan aturan yang ketat.

Dengan memisahkan mitos dari fakta, individu dapat mengoptimalkan penyembuhan pascaoperasi melalui diet seimbang, tinggi protein, dan perawatan luka yang baik. Bukan dengan “mencoret” makanan "tabu" yang dilarang oleh tradisi dan budaya sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau