KOMPAS.com - Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di antara paru-paru dan dinding dada.
Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di dada atau robekan di paru-paru.
Akibatnya, paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan tidak bisa mengembang.
Lama-kelamaan, kondisi ini dapat menyebabkan paru-paru menjadi kolaps sebagian atau seluruhnya, sehingga memerlukan penanganan dengan cepat.
Lantas, mengapa pneumothorax bisa terjadi? Simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.
Melansir dari Cleveland Clinic, pneumothorax terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan penyebabnya, kondisi ini terbagi menjadi dua, yaitu pneumothorax trauma dan spontan.
Baca juga: 8 Cara Membersihkan Paru-paru bagi Perokok Pasif
Sementara berdasarkan tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga, yaitu simple pneumothorax, tension pneumothorax, dan open pneumothorax.
Berdasarkan penyebabnya, pneumothorax terbagi menjadi:
Pneumothorax spontan terjadi tanpa adanya cedera. Jenis pneumotoraks ini terjadi secara spontan dan terbagi menjadi dua tipe, primer dan sekunder.
Pneumothorax spontan primer adalah paru-paru yang kolaps terkadang terjadi pada orang yang tanpa penyakit paru.
Hal ini bisa terjadi karena kantung udara abnormal di paru-paru pecah dan melepaskan udara.
Baca juga: Apakah Paru-paru Perokok Bisa Kembali Normal? Simak Penjelasan Berikut
Sementara pneumothorax spontan sekunder terjadi pada individu yang memiliki penyakit paru sebelumnya.
Beberapa penyakit paru-paru dapat menyebabkan paru-paru kolaps, yaitu penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, infeksi akut atau kronis (tuberkulosis atau pneumonia, sistik fibrosis, emfisema, dan kanker paru.
Pneumothorax jenis ini terjadi akibat cedera pada dinding dada maupun paru.
Cedera ini bervariasi dari ringan sampai berat dan merusak struktur dada hingga menyebabkan udara bocor ke dalam ruang pleural.
Contoh cedera yang sering menyebabkan pneumothorax adalah:
Adapun berdasarkan tingkat keparahannya, pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi:
Pada kondisi simple pneumothorax, hanya sebagian paru-paru yang kolaps, tetapi bisa menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan sesak napas.
Simple pneumothorax bukan kondisi darurat, tetapi tetap perlu dipantau.
Baca juga: 5 Perbedaan Paru-paru Perokok dan Bukan Perokok
Pada tension pneumothorax, seluruh bagian paru-paru kolaps sehingga menyebabkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.
Tension pneumothorax dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.
Pada open pneumothorax, terdapat lubang terbuka di dada sehingga udara luar bisa keluar masuk ke dalam rongga pleura.
Jika lubangnya semakin besar, maka paru-paru akan makin mengempis sehingga penderitanya dapat sulit bernapas.
Adapun melansir dari Mayo Clinic, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumothorax adalah:
Baca juga: Penyebab Kanker Paru-paru Stadium 4 yang Perlu Diketahui
Pneumothorax terjadi karena tekanan udara di rongga pleura meningkat dan menekan paru-paru sehingga menghalangi paru-paru mengembang saat penderita menarik napas.
Kondisi ini dapat memicu sejumlah gejala seperti:
Pengobatan pneumothorax bertujuan untuk mengurangi tekanan di paru-paru agar paru-paru bisa mengembang dengan baik dan untuk mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode penanganan yang akan dipilih dokter tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi pasien.
Baca juga: Apakah AC Berbahaya bagi Paru-paru? Berikut Penjelasannya…
Beberapa metode penanganan yang dapat digunakan untuk menangani pneumothorax antara lain:
Jika hanya sebagian kecil paru-paru pasien yang kolaps dan tidak ada gangguan pernapasan berat, dokter mungkin hanya akan memantau kondisi pasien.
Pemantauan dilakukan dengan menjalankan foto Rontgen secara berkala sampai paru-paru pasien bisa mengembang kembali.
Dokter juga akan memberikan oksigen jika pasien sulit bernapas atau kadar oksigen di dalam tubuhnya menurun.
Selama masa pemantauan, dokter akan meminta pasien tidak melakukan aktivitas berat, bepergian menggunakan pesawat terbang atau menyelam, sampai paru-paru pulih.
Baca juga: Tak Hanya Paru-Paru, Merokok juga Pengaruhi Kesuburan
Jika sebagian besar paru-paru sudah kolaps, dokter harus mengeluarkan kumpulan udara di rongga pleura. Untuk melakukannya, dokter dapat menggunakan metode aspirasi jarum.
Metode ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke dalam dada pasien.
Pemasangan selang dada dilakukan dengan memasukkan selang melalui sayatan di sela-sela tulang dada sehingga udara bisa keluar melalui selang tersebut.
Untuk mencegah kambuhnya paru-paru kolaps, dokter akan melakukan prosedur pleurodesis. Tindakan ini dimulai dengan membuat sayatan di sela tulang dada pasien.
Selanjutnya, dokter akan memasang tabung khusus untuk menyalurkan bahan kimia tertentu, seperti doxycycline.
Bahan kimia tersebut akan melekatkan paru-paru ke dinding dada sehingga mencegah udara luar masuk ke dalam rongga dada.
Baca juga: 10 Gejala Kanker Paru-paru Stadium 4, Pantang Disepelekan
Operasi dilakukan jika metode penanganan lain tidak efektif atau pneumothorax kembali kambuh. Operasi dilakukan untuk memperbaiki bagian paru-paru yang bocor.
Pada kasus yang parah, dokter akan melakukan lobektomi, yaitu pengangkatan bagian paru-paru yang kolaps.
Tujuan utama terapi oksigen pada pneumothorax adalah untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah sehingga pasien dapat bernapas lebih mudah dan merasa lebih nyaman.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pasien aliran oksigen melalui masker oksigen atau alat bantu pernapasan lainnya.
Belum diketahui bagaimana cara mencegah pneumothorax. Namun, bila Anda memiliki riwayat pneumothorax, cegah kambuhnya kondisi ini dengan melakukan upaya berikut:
Baca juga: 8 Cara Membersihkan Paru-paru Perokok setelah Berhenti Merokok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.