Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Amira, Bertugas Sebagai Dokter Kandungan Satu-satunya di Fakfak

Kompas.com - 22/04/2024, 20:00 WIB
Rini Agustin,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjalani tugas sebagai dokter di pedalaman Papua tentu menghadapi banyak tantangan, mulai dari fasilitas kesehatan yang minim, akses transportasi sulit, hingga kurangnya tenaga medis.

Kondisi tersebut dijalani dokter spesialis obstetri dan ginekologi Amira Abdat yang ditempatkan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Ia adalah satu-satunya dokter kandungan di sana.

Dokter Amira mengatakan, saat bertugas sebagai dokter umum sejak 2013 ia melihat kebanyakan dokter spesialis kandungan tidak pernah ada yang bersedia menetap di pedalaman Papua.

“Saat saya bertugas sebagai dokter umum di puskesmas, di sana saya melihat kenyataan bahwa banyak perempuan hamil, perempuan usia tua, anak-anak perempuan di bawah umur yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan di bidang kandungan dan kebidanan,” ujarnya dalam wawancara secara daring (19/4/2024).

Setelah mendapat beasiswa dari Kementerian Kesehatan pada 2015, dr.Amira melanjutkan pendidikan kebidanan dan kandungan di Universitas Airlangga Surabaya dan lulus pada 2020. Ia lalu memilih untuk kembali bertugas di Papua.

Baca juga: 13 Rekomendasi Menu Sehat Ibu Hamil

Selama masa tugasnya, ia menangani banyak perempuan yang mengalami kehamilan yang berisiko dan membutuhkan bantuan. Kebanyakan dari perempuan ini berusia lanjut atau di bawah umur.

Dokter Amira berbagi salah satu kasus yang ditangani saat ia harus menjemput pasien yang berjarak 5 jam perjalanan dari Fakfak menggunakan transportasi laut dan darat.

Dengan perangkat USG portable, dr. Amira melakukan pemeriksaan pada pasien yang baru berusia 23 tahun, namun sedang menjalani kehamilan yang ketujuh.

Kejadian ini menyadarkan dr. Amira bahwa edukasi seputar kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan di Fakfak ternyata masih sangat minim. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya perempuan.

Mengedukasi lewat media sosial

Berangkat dari pengalaman dan tantangan yang dihadapinya selama bertugas, dr. Amira pun memutuskan untuk membagikan pengalamannya di TikTok sejak 2023. Akun tiktoknya @dokteramiraobgyn kini sudah memiliki 1,7 juta pengikut.

Setelah video pertamanya banyak ditonton oleh para audiens TikTok, ia memperoleh beragam masukan dan konten-konten selanjutnya pun menjadi semakin ramai penonton. Informasi yang disampaikan oleh dr. Amira pun diterima dengan sangat baik khususnya oleh komunitas perempuan TikTok.

Baca juga: Bidan Wike Afrilia Aktif Bagikan Kisahnya Bertugas di Papua Lewat Tiktok

“Saya melihat TikTok adalah platform digital yang punya kesempatan besar untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Sebenarnya kalau mau dikatakan seorang tenaga medis itu berhasil bukan dari seberapa lamanya ia bekerja, tetapi bagaimana edukasi yang diberikan sampai dan diterapkan di masyarakat,” ucapnya.

Ia juga menjelaskan internet yang ada di daerah kerjanya sangat terbatas dan ketika gadget terhubung dengan internet, akses informasi pertama yang bisa diakses ialah platform TikTok.

Dalam tugasnya sehari-hari dr.Amira bersama timnya melayani pasien tidak hanya di puskesmas, tapi juga rumah pasien yang aksesnya terbatas.

Salah satu videonya yang viral dan banyak ditonton ialah mengenai seorang pasien usia 17 tahun hamil dengan penyakit kondiloma akuminata yang ternyata sudah pacaran sejak SD.

"Astagfirullahaladzim, jadi anak sekarang ini, pacaran sudah 8 tahun ngga nikah-nikah tau-tau sudah hamil 5 bulan. Ini fenomena yang terjadi, makanya penting banget pendidikan seks dari orangtua sejak dini," kata dr Amira di akun TikToknya.

Video tersebut pun sudah ditonton sebanyak 55,6 juta, disukai 2,4 juta, 23,1 ribu komentar, dan dibagikan 66,1 ribu kali.

Baca juga: Cara Jadwalkan Postingan di TikTok biar Konten Terposting Otomatis

Selama bertugas, dr.Amira difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak dengan perahu beserta bensin untuk keliling. Dia juga membawa peralatan 'perang' yakni USG portable. Alat USG itu dinyalakan dengan bantuan bensin yang dibawa.

Memperingati Hari Kartini, dr. Amira menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan. Melanjutkan perjuangan Kartini, dr. Amira terus berupaya untuk memastikan adanya kesetaraan antara edukasi yang diterima oleh perempuan dan laki-laki.

Solidaritas perempuan juga harus disorot agar para perempuan saling mendukung dan menguatkan, bukan saling memberi penilaian negatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau