Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Perbedaan Baby Blues dan Depresi Pascamelahirkan? Ini Ulasannya...

Kompas.com - 16/06/2024, 10:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Depresi pascamelahirkan sering kali disalahpahami sebagai baby blues.

Meski terkesan sama, faktanya ada perbedaan baby blues dan depresi pascamelahirkan yang bisa dipastikan.

Baca terus artikel ini yang akan mengulas perbedaan baby blues dan depresi pascamelahirkan.

Baca juga: Apakah Tanda-tanda Baby Blues? Ini yang Perlu Diperhatikan...

Apa perbedaan baby blues dan depresi pascamelahirkan?

Mengutip Help Guide, baby blues adalah istilah untuk depresi ringan dan perubahan suasana hati yang sangat umum terjadi pada ibu baru.

Berbeda dengan baby blues, depresi pascamelahirkan adalah masalah yang lebih serius.

Mayoritas wanita mengalami setidaknya beberapa gejala baby blues segera setelah melahirkan.

Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon secara tiba-tiba setelah melahirkan, ditambah dengan stres, isolasi, kurang tidur, dan kelelahan.

Umumnya, gejala baby blues akan dimulai dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, mencapai puncaknya sekitar satu minggu, dan berkurang pada akhir minggu kedua pascamelahirkan.

Baca juga: Apa yang Terjadi saat Wanita Mengalami Baby Blues? Begini Faktanya...

Dikutip dari Mayo Clinic, gejala baby blues meliputi:

  • Perubahan suasana hati
  • Kecemasan
  • Kesedihan
  • Sifat lekas marah
  • Merasa kewalahan
  • Menangis
  • Konsentrasi berkurang
  • Masalah nafsu makan
  • Kesulitan tidur

Menurut Help Guide, baby blues adalah hal yang normal, tetapi jika gejalanya tidak hilang setelah beberapa minggu atau semakin parah, Anda mungkin menderita depresi pascamelahirkan.

Pada awalnya, depresi pascamelahirkan mungkin terlihat seperti baby blues pada umumnya.

Faktanya, depresi pascapersalinan dan baby blues memiliki banyak gejala yang sama, seperti perubahan suasana hati, tangisan, kesedihan, insomnia, dan mudah tersinggung.

Bedanya, pada depresi pascapersalinan, gejalanya lebih parah (seperti pikiran untuk bunuh diri atau ketidakmampuan merawat bayi baru lahir) dan bertahan lebih lama.

Baca juga: Bedanya Depresi dan Baby Blues yang Perlu Dipahami

Menurut Mayo Clinic, gejala depresi pascamelahirkan meliputi:

  • Perubahan suasana hati yang parah
  • Terlalu banyak menangis
  • Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi Anda
  • Menarik diri dari keluarga dan teman
  • Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
  • Ketidakmampuan untuk tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak
  • Kelelahan luar biasa atau kehilangan energi
  • Kurangnya minat dan kesenangan pada aktivitas yang biasa Anda nikmati
  • Rasa marah yang intens
  • Ketakutan tidak bisa menjadi ibu yang baik
  • Keputusasan
  • Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
  • Berkurangnya kemampuan berpikir jernih, berkonsentrasi atau mengambil keputusan
  • Kegelisahan
  • Kecemasan parah dan serangan panik
  • Pikiran untuk menyakiti diri atau bayi sendiri
  • Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri

Baca juga: 57 Persen Ibu Alami Depresi Pascamelahirkan

Skala depresi pasca melahirkan Edinburgh (EPDS) adalah alat skrining yang dirancang untuk mendeteksi depresi pasca melahirkan.

Skor yang lebih besar dari 13 menunjukkan perlunya penilaian yang lebih menyeluruh karena Anda bisa saja mengalami depresi pascapersalinan.

Jika tidak diobati, depresi pascapersalinan dapat berlangsung berbulan-bulan atau lebih.

Demikianlah oleh perbedaan baby blues dan depresi pascamelahirkan yang harus diperhatikan oleh pasangan suami-istri dan keluarga terdekat. 

Baca juga: Memahami Berat Badan Pascamelahirkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com