Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lengah, Waspadai DBD di Musim Kemarau

Kompas.com - 20/06/2024, 10:32 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih jadi ancaman di masyarakat, terlebih menjelang musim kemarau. Sebab, kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Imran Pambudi menyampaikan, nyamuk akan sering menggigit ketika suhu meningkat.

"Kita dapat penelitian, saat suhunya 25 derajat celcius nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata dr.Imran seperti dikutip dari sehatnegeriku.go.id.

Jumlah kasus DBD di Indonesia saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus di tahun 2023.

Data dari Kemenkes menunjukkan, pada minggu ke-22 di tahun 2024 terdapat 119.709 kasus. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan total kasus di tahun 2023 yang mencapai 114.720 kasus.

Baca juga: Dokter Jelaskan Tidak Ada Perbedaan Gejala DBD Dahulu dan Sekarang

"Kasus dengue yang meningkat sangat signifikan di awal tahun ini, menjadi alarm bagi kita semua untuk dapat mencari solusi inovatif yang dapat melengkapi upaya 3M Plus yang selama ini sudah dilakukan," kata dr.Imran.

Ia mengatakan, Kemenkes juga mengeluarkan inovasi kebijakan penanggulangan dengue, yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN), revitalisasi kelompok kerja operasional DBD, penguatan surveilans dan sistem kewaspadaan dini dan respons, teknologi vektor nyamuk ber-Wolbachia, dan vaksinasi dengue.

Vaksin DBD merupakan tambahan alat untuk mengendalikan DBD, tetapi bukan pengganti kegiatan 3M dan jumantik.

Vaksin DBD mampu mengurangi risiko komplikasi serius penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini. Vaksin DBD tersebut belum masuk program nasional, tetapi sudah dapat diakses dan BPOM sudah memberikan persetujuan untuk vaksin itu.

Profesor dalam bidang farmakoepidemiologi dari Universitas Gadjah Mada, Jarir At Thobari menjelaskan, penanganan endemik penyakit seperti DBD di Indonesia melalui strategi vaksinasi dapat memberikan dampak signifikan dalam menekan jumlah kasus dan mengurangi beban biaya kesehatan.

"Hasil kajian efektivitas biaya yang kami lakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa vaksinasi DBD tidak hanya menghemat biaya dari perspektif pelayanan kesehatan dan masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang substansial dengan mengurangi jumlah kasus DBD dan rawat inap," kata Prof.Jarir dalam keterangan pers.

Baca juga: Tanda-tanda Peringatan Demam Berdarah Dengue yang Harus Disadari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau