KOMPAS.com - Perubahan usia akan membawa sejumlah perubahan fisik, termasuk hormon. Hal ini akan dialami semua gender, baik pria atau wanita.
Ketika pria mencapai usia 40-50 tahun, mereka akan mengalami sejumlah gejala akibat penurunan kadar hormon testosteron. Gejalanya termasuk pada berkurangnya hasrat seksual dan disfungsi ereksi.
Kondisi tersebut mungkin mirip dengan apa yang dialami kaum hawa saat masa premenopause dan menopause. Namun, apakah apa yang terjadi pada para bapak tersebut juga bisa disebut "menopause pria"?
Menurut direktur klinik kesehatan pria, Dr.Jesse Mills, istilah menopause pria sebenarnya tidak akurat.
Hormon yang diproduksi tubuh pria dan wanita memang sama-sama menurun seiring usia, tetapi pada kasus wanita hal itu terjadi secara mendadak dalam beberapa tahun. Sedangkan pada laki-laki, penurunan itu bertahap bahkan butuh waktu beberapa dekade.
Baca juga: Pria dengan Testosteron Rendah Lebih Rentan Alami Kematian Dini
"Hormon utama yang diproduksi testis adalah testosteron, yaitu hormon seks pria yang bertanggung jawab pada perkembangan dan fungsi seksual. Istilah nonmedis untuk kemerosotan testosteron ini adalah anropause," kata Mills.
Namun, Mills menegaskan bahwa andropause tidak sama dengan menopause.
"Sebab pria bisa menjaga kadar testosteronnya dalam kisaran normal, sampai usia 80 tahun," ujarnya seperti dikutip dari Livescience.
Sebagai perbandingan, seorang wanita akan memasuki masa perimenopause atau transisi menuju menopause, di usia 45-55 tahun. Pada periode ini, ovarium akan menghasilkan sedikit estradiol, bentuk utama estrogen dalam tubuh sebelum menopause.
Pada puncaknya, estradiol dapat mencapai level 400 picogram permilimeter darah dan setelah menopause jumlahnya terjun bebas menjadi kurang dari 0,3 pg/ml.
Tubuh kemudian akan membuat estrogen dalam bentuk lain, tapi lebih lemah, yaitu estrone. Sayangnya tidak bisa menutupi kekurangan estradiol. Hal ini akan menyebabkan gejala serangan panas (hot flashes), menstruasi berhenti, hingga menurunnya lubrikasi vagina.
Menurut Mills, walau testosteron pria juga akan menurun, tetapi gejalanya tidak akan sedramatis seperti wanita di masa menopause.
Baca juga: Penyebab Wanita Menopause Lebih Beresiko Sakit Jantung
"Sejak usia 30 tahun, kadar testosteron pria turun sekitar 1,6 persen pertahun. Testis hanya akan berhenti memproduksi testosteron jika fungsi testis terganggu karena penyakit, kecelakaan, atau dikebiri," ujarnya.
Rendahnya testosteron itu tentu juga akan berpengaruh pada kesehatan, misalnya saja pola tidur terganggu, kolesterol naik, diabetes, atau hipertensi.
Meski penurunan testosteron tidak dapat dihambat, tetapi dengan gaya hidup yang sehat kita bisa menjaga agar penurunannya tidak tajam. Gaya hidup sehat tersebut termasuk rutin berolahraga dan tidur minimal 7 jam setiap malam, serta mengonsumsi makanan tinggi protein tanpa lemak dan sayuran hijau.
Mills mengatakan, suplemen testosteron hanya diperlukan jika kadar testosternnya kurang dari 350 nanogram per desiliter.
"Di pasaran banyak suplemen testosteron yang ditujukan untuk orang yang kadar hormonnya masih normal. Suplemen semacam itu tidak berbahaya, tetapi tidak banyak berguna jika kadar testosteron tidak terlalu rendah," katanya.
Baca juga: 11 Cara untuk Meningkatkan Hormon Testosteron secara Alami
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.