Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan yang Optimal Bantu Pengidap Hemofilia Hidup Normal

Kompas.com - 16/07/2024, 20:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Hemofilia adalah penyakit kelainan genetik pada darah akibat kurangnya faktor pembekuan darah sehingga pengidapnya rentan mengalami perdarahan.

Pada kondisi yang lebih berat, pasien hemofilia dapat mengalami perdarahan spontan (perdarahan yang terjadi tanpa diketahui penyebab jelasnya), serta perdarahan setelah cedera atau pembedahan.

Di Indonesia, diperkirakan terdapat 27.000 pasien hemofilia. Namun, sampai dengan tahun 2021, hanya sekitar 3.000 pasien yang terdiagnosis dan tercatat dalam Annual Report 2021 oleh World Federation of Haemophilia.

Ketua ad interim Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), Dr. dr. Novie Amelia Chozie, SpA(K), menekankan bahwa penanganan pasien hemofilia di Indonesia masih belum optimal.

"Hemofilia di Indonesia masih tergolong kurang terdiagnosis, dan biasanya pasien cenderung baru didiagnosis setelah terjadi perdarahan berat, yang tentunya berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kecacatan bahkan kematian," ujarnya.

Baca juga: Jenis-jenis Kelainan Darah dan Penyebabnya

Walau penyakit ini tergolong langka, tetapi tatalaksana dan pengobatannya perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan kualitas hidup agar pengidapnya bisa hidup normal.

Ia menambahkan, upaya deteksi dini dengan perluasan layanan pemeriksaan perlu terus didorong. Di sisi lain, kesadaran masyarakat mengenai gejala dan deteksi hemofilia juga harus ditingkatkan.

Gejala hemofilia antara lain; mudah mengalami memar di permukaan kulit, perdarahan yang sulit berhenti, hingga terdapat darah pada urine dan feses.

"Semakin cepat hemofilia didiagnosis dan ditangani, semakin optimal pengobatan yang dapat diberikan,” papar dr. Novie.

Akses pengobatan terbatas

Ditambahkan oleh dr.Elmi Ridar Sp.A(K), fasilitas penanganan hemofilia di Indonesia, terutama di daerah pelosok, kepulauan, dan daerah terpentil, masih kurang optimal. Hal ini menyebabkan banyak pasien tidak dapat diselamatkan.

“Tatalaksana atau pengobatan hemofilia utama mencakup mencegah perdarahan melalui profilaksis untuk pasien hemofilia berat atau dengan indikasi tertentu, dan mengatasi perdarahan akut. Penanganan yang sesuai dan komprehensif akan menurunkan frekuensi perdarahan dan risiko komplikasi lainnya," ujar dr.Elmi.

Baca juga: Cara Mengobati Hemofilia pada Anak yang Penting Diketahui Orangtua

Terapi profilaksis dilakukan melalui pemberian konsentrat faktor pembekuan darah sebanyak dua kali seminggu dengan dosis 10 unit per kilogram berat badan.

Pemerintah telah memberikan akses pengobatan hemofilia melalui JKN, walaupun masih dalam jumlah terbatas.

Selain terapi profilaksis, saat ini berkembang terapi inovatif untuk pengobatan hemofilia yang mampu memberi kualitas hidup lebih baik bagi pasien. Meski demikian, terapi-terapi terbaru ini masih belum bisa diakses oleh pasien hemofilia di Indonesia.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau