KOMPAS.com - Kecanduan judi atau judi patalogis bisa dialami oleh orang tua maupun muda, terutama yang memiliki faktor risikonya.
Wakil Ketua Divisi Psikiatri Adiksi Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) DR. Dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K) mengatakan bahwa kecanduan judi adalah gangguan kejiwaan yang terjadi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan untuk berjudi, meski menyadari adanya konsekuensi negatif yang timbul.
Baca juga: Psikiater Indonesia Ungkap Bansos untuk Orang Kecanduan Judi Bukan Solusi
Kristiana menerangkan dalam Media Briefing Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Jumat (26/7/2024), dampak kecanduan judi sangatlah besar meliputi keuangan, relasi, psikologis, kesehatan fisik, karir, serta hukum.
Perjudian, termasuk judi online (judol), mengacu pada aktivitas di mana seseorang mempertaruhkan sesuatu yang berharga bagi dirinya sendiri untuk mendapatkan sesuatu sebagai imbalannya.
Ada banyak jenis judi, meliputi kasino, taruhan olahraga, mesin slot, dan kartu.
Baca juga: Apakah Kecanduan Judi Termasuk Gangguan Jiwa? Ini Kata Psikiater...
Di Indonesia, jenis judi yang populer adalah poker dan mesin slot diikuti taruhan olahraga serta kartu.
"67,4 persen orang Indonesia dengan adiksi judi menggunakan smartphone untuk berjudi," ucapnya.
Kristiana menyebutkan, pelaku judi yang sudah kecanduan (adiksi) di Indonesia 68,9 persen berusia 18-25 tahun.
Selanjutnya, artikel ini akan mengulas secara ringkas mengenai apa saja faktor risiko yang memungkinkan orang kecanduan judi.
Baca juga: Bagaimana Kecanduan Judi Memengaruhi Kesehatan Otak?
Mengutip Very Well Mind, adiksi judi dapat dipicu oleh kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, psikologis, dan sosial.
Berikut ulasan ringkas mengenai beberapa faktor risiko adiksi judi yang paling umum:
Siapa pun di usia berapa pun dapat mengembangkan kecanduan judi, seringkali dimulai pada masa dewasa muda, tetapi bisa juga dimulai pada masa pensiun.
Gangguan perjudian sedikit lebih umum terjadi pada pria daripada wanita. Namun, perkembangan ke bentuk gangguan perjudian yang lebih parah jauh lebih cepat pada wanita daripada pria. Kendati demikian, wanita lebih cepat mencari pengobatan.
Riwayat keluarga diketahui berperan dalam judi patologis. Kerabat tingkat pertama dari penjudi kompulsif lebih mungkin mengembangkan kecanduan judi daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga.
Baca juga: 9 Tanda-tanda Kecanduan Judi yang Harus Diwaspadai
Memiliki kepribadian tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kecanduan judi, termasuk impulsif, gelisah, sangat kompetitif, dan mudah bosan.
Lebih dari 95 persen orang yang memiliki kecanduan judi juga mengalami gangguan kejiwaan lain, termasuk gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan penggunaan alkohol dan narkoba, dan gangguan kepribadian.
Penelitian menunjukkan bahwa veteran memiliki tingkat gangguan perjudian yang lebih tinggi daripada populasi umum.
Tingkat adiksinya bahkan lebih tinggi jika mereka juga memiliki kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan, seperti PTSD, gangguan penggunaan zat, dan kecenderungan bunuh diri.
Baca juga: Bagaimana Judi Memengaruhi Otak dan Siapa yang Rentan Kecanduan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.