Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencegah Malnutrisi pada Penderita Kanker dengan Jaga Asupan Nutrisi

Kompas.com - 01/08/2024, 16:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Penderita kanker rentan mengalami malnutrisi dan kondisi ini berpotensi memperpendek umur mereka.

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengatakan bahwa malnutrisi dapat memengaruhi efektivitas pengobatan kanker, kekuatan, pemulihan, dan kualitas hidup penderita kanker.

"Tiga hal utama yang sering ditemukan pada pasien kanker adalah inflamasi, rasa lelah berlebih, dan penurunan asupan makanan, sehingga berpotensi mengakibatkan malnutrisi," kata DR. dr. Hilman Tadjoedin, SpPD, KHOM dalam rilisnya pada Selasa (30/7/2024).

Baca juga: 4 Nutrisi untuk Penderita Kanker Selama Kemoterapi

Hilman mengatakan bahwa malnutrisi berhubungan secara langsung dengan berbagai penyakit dan dapat berpengaruh ke segala usia.

Malnutrisi adalah kondisi tubuh yang menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit nutrisi untuk bisa digunakan menjaga kesehatan secara optimal.

Ia menyebutkan, ada dua jenis malnutrisi yaitu obesitas dan kekurangan nutrisi.

"Malnutrisi akibat kanker dapat berbeda bentuk dibandingkan dengan malnutrisi akibat kelaparan," ucapnya.

Hilman menjelaskan bahwa tumor dapat mengubah status nutrisi pasien kanker, di mana sel tumor yang mengandung sitokin dapat memicu inflamasi sistemik.

Baca juga: 8 Makanan Terbaik Selama Kemoterapi untuk Penderita Kanker

Kondisi tersebut dapat berdampak pada anoreksia atau gangguan makan yang ditandai dengan penurunan berat badan secara drastis, hilangnya massa otot, perubahan metabolisme hati, serta pembakaran lemak dan hilangnya sel lemak.

"Selain inflamasi sistemik, penyebab gangguan nutrisi pada pasien kanker juga karena adanya status imunitas yang menurun, sehingga berakibat pada menurunnya berat badan, kelelahan, serta rasa sakit, dan juga depresi," lanjut Hilman.

Menurut Hilman terdapat empat pilar dampak negatif malnutrisi pada pasien kanker, yaitu:

  • Kesehatan tubuh, di mana berat badan turun, massa otot turun, sistem imun melemah, penyembuhan luka melambat;
  • Toleransi terhadap obat, yaitu berkurangnya toleransi, efek samping bertambah banyak dan berat, dan risiko lebih tinggi terhadap interupsi pengobatan;
  • Kualitas hidup, seperti penurunan kualitas hidup, hilangnya nafsu makan dan berubahnya rasa makanan, serta dampak psikologis;
  • Prognosis lebih buruk, peningkatan perawatan di rumah sakit dan kesembuhan yang tidak optimal.

Baca juga: Penderita Kanker Paru-paru Pantang Makan Apa?

Hilman menguraikan bahwa jika terjadi kaheksia atau gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan berat badan secara ekstrem yang disertai dengan penyusutan otot, hal ini dapat diperbaiki dan diminimalisir dengan pengubahan pola makan.

Ia merekomendasikan untuk pasien kanker berkonsultasi langsung ke dokter spesialis gizi klinik untuk menentukan makanan yang sebaiknya dikonsumsi, penggunaan suplemen yang tepat (seperti suplemen penambah nafsu makan), dan meningkatkan asupan kalori.

Untuk meningkatkan asupan kalori, biasanya pasien kanker direkomendasikan makan dengan porsi kecil dan sering, tetapi harus memilih jenis makanan yang kaya akan nutrisi.

Spesialis gizi klinik, dr. Nani Dewi, M. Gizi, Sp.GK menjelaskan bahwa nutrisi adalah proses biokimia dan fisiologis di mana suatu organisme menggunakan makanan untuk mendukung kehidupannya, termasuk konsumsi, penyerapan, asimilasi, biosintesis, katabolisme dan ekskresi.

Baca juga: 11 Panduan Makan untuk Penderita Kanker Paru-paru yang Perlu Diketahui

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau