Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Koma Juga Bisa Mendengar dan Berpikir

Kompas.com - 21/08/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Satu dari empat pasien yang mengalami cedera otak dan dalam kondisi koma  kemungkinan besar tetap memiliki kesadaran. Meski mereka terlihat tidak merespon perkataan atau tidak sadar apa yang terjadi di sekitarnya, tapi otaknya tetap aktif.

Dalam sebuah penelitian terbaru diungkap, sebagian orang yang sedang koma memiliki aktivitas otak yang sama dengan yang terlihat pada orang sehat, kondisi yang disebut sebagai disosiasi kognitif motorik (cognitive-motor dissociation).

Peserta adalah 353 orang dengan cedera otak, biasanya disebabkan karena trauma berat atau penyakit stroke dan serangan jantung, di 6 rumah sakit berbeda di seluruh Amerika Serikat.

Sebagian besar partisipan itu dirawat di rumah atau fasilitas kesehatan jangka panjang, dengan rata-rata koma sekitar 8 bulan.

Untuk mengetahui apakah peserta bisa merespon perintah, tim peneliti berulang kali meminta pasien itu sejumlah perintah motorik, misalnya "gerakkan jempol kaki", dan juga perintah kognitif motorik seperti "bayangkan menggerakkan jempol kaki".

Baca juga: Apakah Penderita Stroke Bisa Kembali Normal? Ini Penjelasan Dokter

Walau peserta dalam penelitian itu tidak bisa menunjukkan respon fisik saat diajak bicara (misalnya mengangkat jempol), namun mereka secara berulang menunjukkan aktivitas otak saat diminta memikirkan dua kegiatan spesifik, yaitu membuka dan menutup tangan serta bermain tenis.

Tim peneliti juga melakukan dua jenis pemindaian otak pada seluruh peserta untuk mengukur aktivitas otak dengan memonitor oksigen yang dikirimkan ke sel-sel otak menggunakan alat khusus.

Profesor saraf dan neurosains Nicholas Schiff mengatakan, hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa 25 persen orang yang koma atau tidak merespon komunikasi verbal memiliki fungsi kognitif yang tinggi, seharusnya mengubah cara tenaga kesehatan berinteraksi dengan pasiennya.

"Saya rasa sekarang ini kita punya kewajiban etik untuk terlibat dengan pasien koma, mencoba membantu mereka untuk berhubungan dengan dunia," kata Schiff seperti dikutip dari everydayhealth.

Hasil penelitian tersebut merupakan sebuah tonggak dalam jenis gangguan kesadaran akibat cedera otak.

Baca juga: Resistensi Antimikroba di Ruang ICU jadi Penyebab Kematian

"Secara umum jumlah orang yang menunjukkan tanda-tanda kesadaran dan aktivitas otak ini bahkan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Ini menggarisbawahi pentingnya menggunakan alat yang tersedia untuk mengevaluasi pasien cedera otak", kata ahli saraf Dr. Daniel Kondziella, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Sayangnya teknologi untuk mendeteksi level kesadaran pasien koma tersebut sangat kompleks dan sekarang ini baru beberapa rumah sakit di dunia yang bisa mengadopsi metode ini.

Padahal dengan mendeteksi disosiasi kognitif motorik pasien koma, bisa membantu para dokter membantu pasien.

"Sebab, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasien dengan kondisi ini mungkin memiliki peluang pemulihan yang lebih besar daripada mereka yang tidak dapat melakukan tugas kognitif", kata Schiff.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau