Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Rekomendasikan Vaksinasi Terarah daripada Massal untuk Cegah Mpox

Kompas.com - 21/08/2024, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Anadolu

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksinasi terarah ketimbang vaksinasi massal di wilayah tempat virus terdeteksi, untuk mengatasi penyebaran wabah cacar monyet atau monkeypox (Mpox).

"Vaksinasi massal tidak direkomendasikan. Itu yang penting dicatat. Vaksinasi terarah benar-benar diperlukan di tempat-tempat yang menjadi tempat penularan virus," kata Juru Bicara WHO Margaret Harris dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu pada Selasa (20/8/2024).

Harris mengatakan bahwa sebenarnya menghentikan penyebaran Mpox lebih mudah daripada menangani Covid-19.

Baca juga: Kemenkes Catat 88 Kasus Mpox di Indonesia hingga 17 Agustus

Ia menerangkan bahwa virus Mpox terdiri dari dua tipe genetik, yaitu Clade 1 dan Clade 2, di mana masing-masing memiliki subclade.

Clade 1b Mpox memicu kekhawatiran sejak kemunculannya pada 2023.

Mengutip laman WHO, Clade 1b Mpox pertama kali dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada 2023 dengan kemampuan penyebaran yang cepat melalui hubungan seks dan berbagai bentuk kontak dekat lainnya.

"Yang ini (Clade 1b) yang kami khawatirkan karena penularannya sangat cepat. Angka kematiannya juga cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak," ujarnya.

Ia menekankan bahwa salah satu kekhawatiran utama terhadap jenis virus Mpox ini adalah penyebaran virus yang cepat, di mana telah tercatat lebih banyak kasus pada 2024 daripada 2023.

Baca juga: Mpox Bikin Geger WHO, Perdoski Jelaskan Komplikasi dan Pencegahannya

Jumlah kasus Mpox di Afrika yang dilaporkan ke WHO pada 2024 telah melampaui total kasus Mpox selama 2023, yaitu lebih dari 15.600 kasus dan 537 kematian.

Diperhitungkan ada peningkatkan kasus sebesar 79 persen dari 2022-2023 dan sebesar 160 persen dari 2023-2024.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika mengatakan, hampir 70 persen kasus Mpox di Kongo pada saat ini terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang juga menyebabkan 85 persen kematian.

Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa meskipun jumlah kasus mpox meningkat di wilayah timur Republik Demokratik Kongo, penyakit ini telah menyebar ke Burundi, Rwanda, Uganda, dan Kenya.

Baca juga: Mpox Menular Melalui Apa? Berikut Penjelasannya...

“Kami melihat angka kematian yang lebih tinggi. Angkanya sekitar 3 persen dan terjadi pada kelompok yang sangat rentan, seperti anak kecil," ucapnya.

"Sekarang penting untuk memahami bahwa populasi yang mudah tertular dengan cepat adalah orang-orang yang mengungsi akibat konflik. Mereka berada dalam situasi yang sangat genting," lanjutnya.

Menunjukkan bahwa orang telah terinfeksi cacar dan HIV lebih mungkin terkena Mpox yang lebih parah, Harris mengatakan mereka memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

Juru bicara WHO ini mencatat bahwa tidak ada pengobatan khusus untuk virus Mpox dan tidak ada obat antivirus untuk memeranginya, tetapi pengobatan simtomatik efektif.

Ia menekankan pentingnya pasien menerima perawatan medis dan mampu mengisolasi diri selama masih terinfeksi penyakit.

Baca juga: Kenali Mpox sebagai Darurat Kesehatan Global Lagi: Di mana dan Bagaimana Penyebarannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau