Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Mpox sebagai Darurat Kesehatan Global Lagi: Di mana dan Bagaimana Penyebarannya?

Kompas.com - 16/08/2024, 21:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Cacar monyet atau monkeypox (Mpox) kembali berstatus sebagai keadaan darurat kesehatan global (PHEIC) setelah Afrika mengalami peningkatan kasus yang signifikan sejak 2023.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (14/8/2024) mengumumkan hal tersebut setelah melangsungkan pertemuan komite darurat.

Pengumuman itu muncul setelah pada Selasa (13/8/2024) Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat di benua itu.

Apa yang membuat Mpox berstatus keadaan darurat kesehatan global kembali, di mana, dan bagaimana penyebarannya, artikel ini akan mengulasnya untuk dapat dipelajari.

Baca juga: WHO Tetapkan Status Mpox di Afrika Jadi Perhatian Dunia

Apa alasan WHO tingkatkan status Mpox di Afrika?

Melansir The Associated Press (AP) pada Jumat (16/8/2024), WHO mempertimbangkan jumlah kasus Mpox yang meningkat drastis di Afrika dan berpotensi meluas.

WHO mengatakan bahwa ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian di Afrika pada 2024, yang sudah melampaui angka pada 2023.

Lebih dari 96 persen dari semua kasus dan kematian akibat Mpox di Afrika terjadi di satu negara yaitu Kongo.

Sekarang, Mpox telah terdeteksi di sedikitnya 13 negara Afrika.

Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, CDC Afrika mengatakan, kasus Mpox meningkat 160 persen dan kematian meningkat sebesar 19 persen.

Untuk diketahui bahwa Mpox pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada 1958 dan telah menjadi endemi di Afrika.

Baca juga: Afrika Bersiap Umumkan Status Mpox Jadi Darurat Benua

Sebagian besar kasus Mpox pada manusia ditemukan pada orang-orang di Afrika Tengah dan Barat yang melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi.

WHO mengatakan Mpox baru-baru ini diidentifikasi untuk pertama kalinya di empat negara Afrika Timur, yaitu Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda. Semua wabah tersebut terkait dengan epidemi di Kongo.

Tedros mengatakan ada kekhawatiran akan penyebaran penyakit lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya.

Para ilmuwan khawatir dengan penyebaran Mpox versi baru, yang lebih mudah menular di antara manusia tanpa disadari.

Tidak seperti wabah Mpox sebelumnya, di mana lesi sebagian besar terlihat di dada, tangan, dan kaki, bentuk baru Mpox menyebabkan gejala dan lesi yang lebih ringan pada alat kelamin.

Baca juga: Kasus Mpox Melonjak, WHO Segera Gelar Rapat Komite Darurat

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau