KOMPAS.com - Gejala mpox kiranya penting diketahui oleh setiap masyarakat untuk memungkinkan individu bisa segera mendeteksi penyakit ini pada tahap awal dan mengonsultasikannya kepada dokter.
Seperti diketahui, dalam beberapa pekan terakhir, virus mpox atau cacar monyet telah menyebar secara sporadis di beberapa negara di Afrika dan Eropa. Kasus mpox bahkan telah teridentifikasi di Thailand dan Singapura.
Apabila negara ASEAN sudah terkonfirmasi terserang mpox, Indonesia dianggap harus mewaspadai potensi virus ini masuk kembali ke Tanah Air.
Baca juga: Anak-anak Paling Menderita Jika Tertular Mpox
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di RSUD dr. Moewardi Solo, dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK(K), menyebut WHO untuk kedua kalinya telah menyatakan mpox menjadi penyakit yang memerlukan kewaspadaan dunia.
"WHO nyatanya sudah menetapkan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern, sehingga penyakit ini harus menjadi perhatian dan kewaspadaan bersama," ucapnya saat diwawancarai Kompas.com di Klinik Infeksi Menular Seksual RSUD dr. Moewardi, Jumat (30/8/2024).
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, sudah ada 88 kasus terkonfirmasi mpox yang ditemukan di Indonesia sejak 2022 hingga 2024 ini.
Puluhan kasus tersebut tersebar di enam provinsi, terbanyak di DKI Jakarta, Jawa barat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Riau.
Pada tahun ini sampai dengan bulan Agustus 2024, ada 14 kasus mpox yang ditemukan.
Menurut Pras, mpox atau bisa juga disebut monkeypox sebenarnya adalah infeksi zoonosis yang disebabkan oleh Pox Virus.
Berdasarkan klasifikasi, virus ini termasuk dalam famili kelompok virus Poxviridae, menyebab cacar Smallpox.
"Smallpox atau Variola sudah dinyatakan tidak ada sejak puluhan tahun lalu, terkait keberhasilkan vaksinasi. Poxvirus ini mengenai hewan yang kemudian menularkan pada manusia sehingga disebut penyakit zoonosis," terang dokter yang juga menjadi pengajar di FK UNS Solo itu.
Baca juga: Sejarah Cacar Monyet alias Mpox yang Jadi Endemi di Afrika Sejak Lama
Pras menambahkan, penularan dari hewan ke manusia (zoonotik) dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, lesi kulit, maupun mukosa dari hewan yang terinfeksi.
Reservoir alami cacar monyet belum diidentifikasi. Tetapi, kata dia, hewan pengerat adalah yang paling mungkin menjadi reservoir bagi mpox.
"Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak dekat atau kontak erat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi virus mpox," jelas dr. Ilham Maulana dan dr. Aulia Yasmin, dokter residen atau mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Dermatologi, Venereologi dan Estetika (DVEE) FK UNS Solo yang mendampingi Pras.
Pras sendiri menerangkan, gejala mpox bisa menjadi dua fase, yaitu masa invasi dan masa erupsi.
Masa invasi dapat ditandai dengan:
Sementara itu, fase erupsi kulit biasanya dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam.
Baca juga: Cegah Mpox di Indonesia, Kemenkes Berlakukan SatuSehat Health Pass
Menurut Pras, ruam pada kasus mpox cenderung lebih terkonsentrasi di wajah dan ekstremitas (anggota gerak) daripada di badan.
"Yang bisa digunakan sebagai penanda adalah adanya ruam di daerah wajah," terangnya.
Ia menerangkan, monkeypox biasanya akan menyebabkan ruam-ruam kemerahan di wajah, diawali dengan makula (perubahan warna merah), lalu berkembang menjadi papula, benjolan kecil dengan perabaan keras dan padat, kemudian berkembang menjadi plenting (berisi cairan) bahkan menjadi bernanah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.