Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Buruk Pemakaian Skincare Antiaging pada Remaja

Kompas.com - 07/09/2024, 10:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Informasi seputar pentingnya pemakaian produk perawatan kulit (skincare) yang masif di media sosial juga berdampak pada remaja putri. Salah satunya adalah keinginan untuk memakai produk antiaging.

Produk antiaging yang ditujukan untuk mengatasi tanda-tanda penuaan sebenarnya belum diperlukan oleh anak remaja. Pemakaian yang tidak tepat justru berdampak negatif.

Meski baru duduk di kelas 5 sekolah dasar, Scarlett Goddard Strahan sudah mulai khawatir muncul kerutan di kulit wajahnya.

Di usia 10 tahun, Scarlett dan teman-temannya sering menonton video-video dari beauty influencer di Youtube atau TikTok yang mempromosikan produk untuk mendapat kulit sehat, glowing, dan flawless complexion.

Ia pun mulai punya ritual skincare mulai dari memakai pembersih wajah, masker hidrasi, pelembab, dan tak ketinggalan facemist.

Suatu malam, Scarlett mendapati kulitnya memerah dan muncul jerawat besar. Pemakaian produk skincare untuk orang dewasa ternyata merusak kulitnya. Beberapa bulan kemudian, bercak-bercak kecil masih ada di wajahnya, dan pipinya memerah saat terkena sinar matahari.

Baca juga: Cegah Iritasi, Ini Frekuensi Pemakaian Skincare Retinol yang Tepat

"Aku cuma takut ada keriput dan terlihat tua. Kini aku sadar seharusnya jangan sembarangan pakai produk untuk kulit wajah," kata Scarlett yang kini berusia 11 tahun.

Pengalaman yang dirasakan Scarlett ternyata cukup sering ditemui dokter kulit di ruang praktiknya. Fenomena anak praremaja putri memilih berbagai produk skincare dan kosmetik di mal adalah hal yang banyak ditemui di banyak kota.

Sayangnya, pemakaian produk yang tidak tepat itu bisa berakibat negatif karena kulit anak-anak cenderung lebih sensitif.

"Saat anak memakai skincare anti-aging, hal itu bisa membuat penuaan lebih cepat, merusak lapisan pelindung kulit dan menyebabkan luka jaringan parut permanen," kata dokter kulit Dr.Brooke Jeffy.

Zat-zat aktif seperti retinol dan untuk eksfoliasi kimia seperti asam hidroksi berdampak keras pada kulit. Untuk kulit yang menua, zat aktif ini bekerja untuk merangsang kolagen dan produksi sel.

Pada kulit remaja atau kulit sensitif, bisa menimbulkan reaksi kemerahan, mengelupas, atau sensasi terbakar yang memicu infeksi, jerawat, atau hipersensitivitas.

Dokter kulit menyebutkan bahwa kulit wajah anak dan praremaja pada dasarnya hanya butuh tiga hal, yaitu pembersih yang lembut, pelembab, dan sunscreen. Kesemua produk itu mudah didapatkan di toko obat dan kosmetik.

Baca juga: Apakah Sunscreen Wajah dan Tubuh Harus Berbeda?

Merusak kepercayaan diri

Lebih dari pengaruhnya pada fisik, para ahli lebih mencemaskan dampaknya pada kesehatan mental di masa datang. Banyak data yang menunjukkan bahwa fokus pada penampilan dapat memengaruhi harga diri dan citra tubuh serta memicu kecemasan, depresi, dan gangguan makan.

Obsesi pada perawatan kulit juga mencerminkan peran media sosial pada kehidupan remaja dan bagaimana hal itu membentuk rasa tidak aman akan penampilan diri.

Banyak anak perempuan mengalami rasa sedih dan tidak berdaya. Meski begitu memang masih jadi perdebatan apakah paparan media sosial sebagai penyebab atau hanya berkorelasi dengan masalah kesehatan mental.

Namun bagi remaja yang lebih tua dan dewasa muda, sudah jelas: Semakin lama menghabiskan waktu di media sosial berdampak buruk bagi mereka, titik.

Menurut pakar komunikasi Kris Perry, remaja putri yang tertarik pada makeup dan kosmetik bukan hal baru. Demikian pula dengan standar kecantikan yang dimiliki oleh anak perempuan.

Baca juga: Berkaca dari Film “Inside Out 2”, Berikut 2 Alasan Emosi Remaja Kerap Dianggap Labil

Yang membedakan saat ini adalah tingkatannya. Di era saat foto di media sosial seringkali diedit dan pemakaian kecerdasan buatan, wajah-wajah cantik rupawan yang dilihat bukanlah asli.

"Anak perempuan dibombardir dengan foto wajah cantik ideal dan untuk mencapai standar kecantikan itu sangat sulit, bahkan tidak mungkin," kata Perry yang menjadi direktur di lembaga nonprofit yang mempelajari bagaimana media digital berpengaruh pada perkembangan anak.

Terkadang obsesi pada produk skincare bukan cuma untuk mengejar kulit yang sempurna, tapi juga perasaan diterima dan menjadi bagian dari kelompok yang punya gaya hidup yang diinginkan.

Remaja merupakan usia yang rentan, karena mereka baru memasuki usia puber dan mencari jati diri. Di media sosial, pesan yang mereka terima adalah "Kamu tidak baik-baik saja apa adanya." Tentu saja hal ini akan membuat mereka menjadi tidak percaya diri dan berusaha untuk terus meningkatkan penampilannya, dan tentunya ini tidak sehat.

Baca juga: Dampak Media Sosial bagi Kesehatan Mental Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau