BrandzView
Artikel ini merupakan kerja sama Kompascom dengan IGROW

Berkaca dari Film “Inside Out 2”, Berikut 2 Alasan Emosi Remaja Kerap Dianggap Labil

Kompas.com - 07/07/2024, 09:43 WIB
Aningtias Jatmika,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kehadiran film Inside Out 2 menarik perhatian khalayak. Kepiawaian Pixar dalam mengemas cerita berhasil membawa penonton untuk lebih memahami aspek emosi dalam diri seseorang, khususnya remaja.

Pertumbuhan emosi merupakan perjalanan penting guna membentuk pribadi seorang manusia, terlebih pada usia remaja. Pada fase ini, seseorang akan mengalami variasi emosi yang lebih kompleks. Oleh karena itu, remaja kerap disebut labil.

Kondisi itu pun digambarkan secara apik dalam tokoh Riley di film Inside Out 2. Saat Riley menginjak remaja, muncul empat emosi baru, yakni Anxiety yang membuatnya overthinking, Ennui si pemalas, Envy yang membuatnya merasakan iri, dan Embarrassment si rasa malu.

Pada fase anak-anak, Riley hanya mengenal lima emosi dasar, yakni bahagia (Joy), sedih (Sadness), marah (Anger), takut (Fear), dan jijik (Disgust).

Psikolog Pastey dan Aminbhavi dalam Journal of the Indian Academy of Applied Psychology menuliskan bahwa salah satu karakteristik yang menonjol dari masa remaja adalah ketidakstabilan emosi.

Emosi merupakan dorongan yang memberikan motivasi di sepanjang kehidupan manusia, dan emosi ini memengaruhi aspirasi, tindakan (actions), dan pemikiran seseorang.

Dua faktor kunci

Pertumbuhan emosi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrisi.

Dilansir dari WebMD, selain perkembangan fisik, gizi juga merupakan kunci untuk mendukung fungsi otak secara optimal. Sebab, otak membutuhkan nutrisi tertentu untuk menjaga kinerja dengan baik.

Sayangnya, kebanyakan remaja mengalami masalah kekurangan nutrisi. Jadwal yang padat dan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji menyebabkan asupan nutrisi mereka terganggu.

Padahal, kekurangan asupan nutrisi, khususnya vitamin, mineral, serta asam lemak omega-3, dapat menyebabkan perubahan suasana hati, sensitivitas, dan bahkan depresi pada remaja.

Baca juga: Agar Anak Tumbuh Baik dan Seimbang, Perhatikan Fase Pertumbuhan Remaja Berikut

Selain kekurangan gizi, pertumbuhan yang tidak sempurna juga dapat memengaruhi emosi remaja.

Pada masa tersebut, remaja mengalami perubahan fisik yang signifikan seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan tubuhnya.

Jika pertumbuhan tersebut terhambat akibat sejumlah faktor, seperti genetika, kurang olahraga, atau ketidakseimbangan hormon, remaja berpotensi mengalami masalah kepercayaan diri.

Kedua faktor tersebut dapat mengguncang emosi remaja. Tanpa nutrisi serta pertumbuhan fisik yang tepat, remaja akan menghadapi kesulitan dalam mengelola emosi dan tekanan kompleks yang menyertai tahap kehidupan.

Oleh sebab itu, orangtua, guru, serta pengasuh perlu menyadari potensi hambatan tersebut dan mengambil langkah tepat untuk mendukung remaja dalam mempertahankan gaya hidup sehat, khususnya dengan menjaga asupan nutrisi.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), nutrisi pada masa remaja hendaknya mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual, memberikan cukup cadangan bila sakit, mencegah risiko penyakit terkait makanan, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis dan kanker, serta mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Salah satu nutrien yang dibutuhkan remaja adalah zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi.

Zat itu di antaranya adalah protein yang membantu pertumbuhan dan perbaikan otot, karbohidrat yang mendukung tinggi badan dan sumber energi, serta lemak yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan massa tubuh.

Selain zat gizi makro, vitamin dan mineral yang merupakan zat gizi mikro juga perlu dipenuhi karena dapat menunjang berbagai fungsi tubuh.

Sebagai contoh, vitamin D serta kalsium berperan dalam menjaga kepadatan tulang. Kemudian, vitamin C berfungsi menjaga data tahan tubuh dan membentuk kolagen.

Ada pula vitamin B kompleks yang terdiri atas B6, B9 atau asam folat, dan B12. Nutrisi ini berperan dalam produksi neurotransmitter yang memengaruhi suasana hati.

Baca juga: Studi: Pola Makan Junk Food Saat Remaja Ganggu Memori Jangka Panjang

Seluruh nutrien tersebut bisa didapatkan dari sumber makanan, seperti daging, telur, makanan laut, sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Selain itu, berbagai kebutuhan asupan nutrisi remaja juga bisa didapat dari susu, seperti Susu IGROW.

Untuk diketahui, Susu IGROW mengandung nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan remaja secara utuh. Susu ini kaya akan kalsium dan vitamin D serta magnesium yang dapat memaksimalkan penyerapan kalsium ke tulang sehingga dapat menunjang pertumbuhan tinggi badan remaja.

Selain itu, Susu IGROW juga mengandung kolin, asam folat, dan vitamin E yang dapat membantu pertumbuhan kognitif atau kecerdasan otak remaja.

Susu IGROW juga mengandung zink, vitamin C, dan ekstrak goji berry sebagai sumber antioksidan tinggi sehingga dapat membantu menjaga daya tahan tubuh. Sebab, daya tahan tubuh yang baik dapat mendorong remaja untuk terus bertumbuh optimal, baik dari sisi fisik maupun mental.

Menariknya, Susu IGROW juga mengandung iodium dan 15 asam amino esensial, termasuk L-Arginin yang dapat membantu pembentukan hormon dan pertumbuhan emosi anak remaja.

Lebih dari itu, Susu IGROW juga hadir dengan kemasan saset dalam takaran pas yang praktis dan higienis sehingga memudahkan remaja untuk menyeduh sendiri. Terdapat tiga varian rasa yang juga cocok dengan selera remaja, yakni cokelat, vanila, dan karamel.

Yuk, penuhi asupan nutrisi agar perkembangan emosi bisa optimal. 

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau