Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Bulu Kucing Lebih Menyebabkan Alergi Dibanding Anjing

Kompas.com - 14/09/2024, 08:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber CNA

KOMPAS.com - Sungguh ironi jika hewan-hewan yang seharusnya memberi kebahagiaan dalam hidup tapi juga menjadi sumber alergi.

Gejala alergi yang mengganggu seperti bersin, mata berair, hidung meler, atau pun ruam dan gatal-gatal, bisa jadi akan sering timbul bila kita berada di dekat-dekat anjing, kucing, atau hewan berbulu yang sering dipelihara lainnya.

Menurut Dr.Lim Keng Hua, dokter THT dan spesialis bedah kepala dan leher dari Singapura mengatakan, alergi tungau debu masih jadi penyebab utama keluhan pasien.

"Tetapi alergi pada hewan mulai sering ditemukan. Banyak pasien yang dites ternyata alergi pada hewan," katanya seperti dikutip dari CNA.

Pasien yang alergi hewan pada umumnya juga sering mendapat pengobatan untuk rinitis alergi (hidung sensitif) dan rhinosinusitis atau peradangan pada sinus.

Dijelaskan oleh Dr.Gwenda Lowe, dokter bedah hewan, penyebab kambuhnya alergi ternyata bukanlah bulu-bulu.

“Alergen dari hewan peliharaan terutama adalah air liur dan sekresi kelenjar sebasea kulit mereka, yang keluar dalam bentuk bulu halus alias serpihan kulit,” katanya.

Baca juga: 8 Penyebab Bulu Kucing Rontok yang Perlu Diwaspadai

Bulu sering disalahkan sebagai pemicu karena serpihan kulit hewan dapat tersangkut pada benda berbulu halus tersebut.

"Bahkan seringkali sebenarnya kita tidak alergi pada hewan, tetapi tungau debu, kutu atau caplak yang menempel pada bulu dan kulit hewan," kata Lim.

Kucing lebih sering jadi pemicu alergi

Sebagian orang hanya memiliki alergi pada salah satu jenis hewan peliharaan saja, paling banyak adalah kucing.

Menurut Dr.Ker Liang, hal itu ada kaitannya dengan sistem imun tubuh.

"Sebagian orang respon imunnya hipersensitif pada protein spesifik yang ditemukan pada serpihan kulit, liur, dan kandungan lainnya," kata dokter dari Singapura itu.

Ia menyebut, secara umum alergen dari kucing lebih kuat dan bisa memicu reaksi alergi yang berat dibandingkan dengan alergen kucing. Hal ini terjadi karena serpihan kulit mati kucing mengandung protein yang sangat alergenik yang disebut Fel d 1, yang bisa bertahan lama di udara.

Ilustrasi anjing berbulu keriting, anjing pudelUnsplash/Steven Van Elk Ilustrasi anjing berbulu keriting, anjing pudel

Selain itu, bulu kucing juga lebih kecil dan lengket dibanding bulu anjing, sehingga lebih menempel pada kulit dan pakaian.

"Kucing juga melakukan grooming lebih sering daripada anjing, sehingga kita lebih mungkin terpapar dengan liur mereka saat menyentuh kulit atau bulunya," papar Dr.Lowe.

Baca juga: Alergi pada Anak Disebabkan Apa? Berikut 5 Daftarnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau