Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Jelaskan Beda Kanker Limfoma dan TBC

Kompas.com - 27/09/2024, 10:30 WIB
Khairina

Penulis

Daftar Isi
Buka

KOMPAS.com-Kanker limfoma dan penyakit tuberkulosis (TBC) memiliki salah satu gejala serupa, yakni batuk. Meskipun demikian, ada perbedaan pada kedua penyakit ini.

“Kalau limfoma itu kan penyakit inflamasi, kalau TBC itu kan penyakit infeksi. Nah gejala awalnya sama dengan batuk yang terjadi. Jadi pada limfoma juga bisa terjadi batuk, karena getah beningnya kan lewat di daerah paru,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo DR. dr. Andhika Rachman Sp.PD-KHOM, Kamis (28/9/2024) seperti ditulis Antara.

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, limfoma adalah istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik, sehingga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.

Baca juga: Muncul Benjolan di Ketiak, Waspadai Gejala Kanker Limfoma

Menurut tipenya, limfoma dibagi menjadi 2, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Limfoma Hodgkin terjadi karena adanya mutasi sel B pada sistem limfatik, dengan hasil deteksi yaitu dengan adanya sel abnormal Reed-Stenberg dalam sel kanker.

Sedangkan Limfoma Non-Hodgkin terjadi karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T pada sistem limfatik.

Gejala limfoma

Gejala yang muncul pada penderita limfoma, yaitu:

1. Pembengkakan pada kelenjar getah bening, yang biasanya terjadi pada leher, ketiak, dan lipatan paha

2. Suhu tubuh naik dan turun

3. Demam berulang dan keringat berlebihan pada malam hari

4. Sesak napas dan batuk

5. Mudah lelah

6. Pembesaran amandel

7. Penurunan berat badan

Baca juga: Panduan Makan untuk Penderita Limfoma Hodgkin

Andika menjelaskan, pasien dengan TBC akan menjadi lebih segar setelah berobat. Yang perlu dikhawatirkan adalah jika kondisi pasien tidak membaik, maka perlu perhatian khusus dari dokter untuk melihat gejala perburukan pasien yang merujuk pada kanker limfoma.

Dia menambahkan, meskipun TBC juga bisa menimbulkan benjolan karena infeksi, namun benjolan pada kanker limfoma lebih banyak dan sesuai dengan jalur kelenjar getah bening.

“Karena itu di dua bulan pertama setelah pengobatan, dia harus di rontgen. Dilihat hasilnya bagus nggak? Termasuk di mana TB-nya, TB kelenjar kah misalnya, atau TB di paru kah, Itu perlu dilihat,” katanya.

Andhika mengatakan dalam satu minggu seharusnya sudah menjadi penetapan diagnostik kanker limfoma untuk dilakukan pengobatan selanjutnya. Namun seringkali pasien baru bisa mendapatkan diagnosa limfoma setelah pemeriksaan foto imaging dari CT Scan dan biopsi sekitar satu bulan.

Kanker limfoma bisa bertumbuh dengan cepat dengan hitungan bulan sampai tahunan. Pasien dengan kanker limfoma hodgkin sekitar 15 persen juga akan mengalami relaps atau kekambuhan dalam lima tahun.

 

Pada TBC, pengobatan yang dilakukan selama dua bulan akan menimbulkan perubahan yang drastis seperti dari kurus menjadi gemuk, rasa lemas, tidak nafsu makan akan hilang.

Oleh karena itu, Andhika menganjurkan jika seseorang mengalami keluhan benjolan di leher, nyeri saat buang air, sulit menelan makanan, maka perlu segera periksa ke dokter untuk dilakukan imaging dan menegakkan diagnosa.

Selain itu penting juga untuk menjaga pola makan, menghindari stres dan berolahraga untuk mencegah pertumbuhan kanker limfoma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Health
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Health
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Health
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau