Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Beberkan Beberapa Kondisi Bayi Bisa Diberi Pengganti ASI

Kompas.com - 26/10/2024, 06:01 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Air susu ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik untuk bayi. Itu sebabnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi sampai berumur 6 bulan dan dilanjutkan sampai umur 2 tahun atau lebih bersama pemberian makanan pendamping ASI (MPASI).

ASI memiliki beberapa keunggulan dibandingkan susu formula, antara lain memiliki komposisi zat gizi yang sesuai bagi bayi, termasuk karbohidrat, asam lemak esensial, dan protein whey, mengandung antibodi untuk menunjang kekebalan, mendukung perkembangan otak, dan menumbuhkan kedekatan emosional antara ibu dan bayi.

Baca juga: Apakah ASI Mengurangi Risiko Kanker Payudara? Berikut Penjelasan Ahli

Sementara itu, pemberian susu formula berisiko menyebabkan kontra indikasi pada bayi, seperti alergi, gangguan pencernaan, obesitas, masalah infeksi, dan risiko kurang gizi jika diberikan terlalu encer.

Meski demikian, ada beberapa kondisi yang memungkinkan bayi diberi susu formula sebagai pengganti ASI.

"Ada sejumlah kondisi yang membuat pemberian ASI menjadi tidak memungkinkan, mulai dari sang ibu meninggal hingga penyakit yang memaksa ibu tidak dapat memberikan ASI, " kata kata dokter spesialis anak dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp. A, seperti ditulis Antara, Jumat (25/10/2024).

Selain itu, menurut Melani, kondisi ibu yang menjalani pengobatan kemoterapi untuk melawan kanker memiliki kandungan obat keras yang bisa masuk ke dalam ASI dan tidak dianjurkan untuk menyusui.

"Kondisi ibu yang mengidap HIV dan belum mengonsumsi obat untuk menghentikan penularan virus juga tidak dianjurkan memberikan ASI, " ucapnya.

Melani juga menambahkan kondisi khusus lainnya yang membuat ibu tidak bisa memberikan ASI adalah ketika ibu meninggal dunia saat bersalin, dan belum tersedianya donor ASI yang bisa didapat dalam waktu segera.

Melani menilai kondisi tersebut membuat susu formula menjadi solusi bagi bayi. Harapannya agar bayi tetap mendapat asupan nutrisi yang dapat membantunya terus tumbuh dan berkembang.

Baca juga: Kemenkes Imbau Ibu Sering Menyusui Bayinya agar ASI Keluar Banyak

Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pertimbangan memberi tambahan susu formula pada bayi baru lahir cukup bulan lainnya, yaitu:

Bayi berisiko hipoglikemia dengan gula darah yang tidak meningkat meski sudah disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah.

Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi, antara lain frekuensi urine kurang dari empat kali setelah hari kedua dilahirkan, BAB lambat keluar atau masih berupa mekonium setelah lebih dari 5 hari.

Berat badan bayi turun 8-10 persen terutama bila laktogenesis ibu lambat (ASI tidak lancar)

Bayi dengan kelainan kongenital yang sukar menyusu langsung, misalnya bibir sumbing atau kelainan genetik lainnya.

IDAI menyarankan pemberian pengganti ASI memakai sendok, cangkir, atau selang orogastrik agar bayi tidak bingung puting jika di kemudian hari bisa kembali diberi ASI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau