KOMPAS.com - Stroke adalah kondisi gawat darurat yang bisa menyebabkan penumpukan cairan di rongga otak (hidrosefalus), kelumpuhan, cacat permanen, bahkan kematian jika tidak segera mendapat penanganan medis.
Itu sebabnya, dalam dunia medis ada istilah golden period atau waktu emas stroke untuk melakukan penanganan pada pasien.
Baca juga: Apa Saja Faktor Penyebab Stroke di Usia Muda? Ini Kata Dokter...
Dokter spesialis saraf Dr. dr. Dodik Tugasworo Pramukarso, Sp.S (K) menjelaskan tindakan penanganan penderita stroke harus dilakukan secepat mungkin, atau tidak lebih dari 4,5 jam sejak gejala mulai muncul.
"Sampai ke rumah sakit kemudian dilakukan pemeriksaan dan tidak lebih dari 4,5 jam obat itu sudah bisa masuk. Jadi kalau ada serangan stroke jangan abaikan waktunya," kata dr. Dodik yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni).
Ia menerangkan, kecepatan waktu penanganan stroke merupakan aspek terpenting dalam menanggulangi dampak fatal yang ditimbulkan dari stroke.
Semakin cepat penderita stroke mendapat penanganan, maka kemungkinan pemulihan dan harapan hidupnya menjadi tinggi.
Saat terjadi stroke, sebanyak 32 ribu sel saraf mengalami kerusakan setiap detik. Jadi, semakin lama pasien tidak tertangani, akan lebih banyak sel saraf yang rusak sehingga mengurangi tingkat harapan hidup pasien.
"Ketika seseorang kena stroke itu ada daerah -di otak- yang mati atau infark dan di sekitarnya itu ada daerah penumbra, daerah penumbra itu yang akan kita selamatkan," katanya.
Oleh karena itu, ia menekankan ketika terjadi gejala stroke maka harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan stroke sesegera mungkin.
Baca juga: Orang Stroke Sebaiknya Makan Apa? Ini Penjelasannya...
Adapun gejala stroke yang harus dikenali disingkat dalam slogan "SeGeRa Ke RS" yaitu akronim dari Se adalah senyum tidak simetris, Ge adalah gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, Ra adalah bicara pelo, Ke adalah kebas separuh tubuh, R adalah rabun atau pandangan mata kabur tiba-tiba, dan S adalah sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba.
"Jangan lupa ada kata 'tiba-tiba' jadi segala sesuatu yang tiba-tiba kita waspadai sebagai gejala stroke," imbuhnya.
Ketika tiba di rumah sakit, pasien stroke akan menjalani pemeriksaan atau diagnosis dengan CT-Scan. Kemudian, penderita akan diobati menggunakan trombolisis atau trombektomi untuk menghilangkan penyumbat aliran darah ke bagian otak.
Dokter Dodik berharap obat dan alat CT-Scan tersebut bisa tersedia di pusat layanan kesehatan sehingga pasien stroke dapat tertangani dengan cepat untuk mengantisipasi akibat serangan stroke.