Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heroik Bidan Eni, Dayung Sampan, Bantu Kelahiran di Tengah Laut dan Evakuasi Pasien dengan Sarung

Kompas.com - 04/11/2024, 23:05 WIB
Khairina

Penulis


KOMPAS.com- Malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi Eni Susanti (37), bidan di Puskesmas Kampung Laut, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah.

Saat itu hujan deras, petir menyambar, dan dalam kondisi basah kuyup, Eni harus membawa ibu hamil yang akan segera melahirkan ke fasilitas kesehatan dengan perahu.

Tetapi, kendala cuaca yang ekstrim membuat perahu tidak bisa melaju cepat. Ibu hamil itu pun akhirnya melahirkan di atas perahu. Proses persalinannya bukan hal yang mudah karena dilakukan di tempat yang tidak semestinya.

“Meskipun ada partus set atau set pertolongan persalinan, proses pertolongan persalinan di perahu bukan hal yang mudah karena tidak dilakukan di tempat yang semestinya, misal tempat yang sempit, kondisi ibu yang panik, cuaca yang yang dingin karena malam hari dan hujan. Kondisi kami pada saat itu basah karena hujan dan angin. Alhamdulillah kondisi ibu dan bayi sehat dan selamat untuk selanjutnya dilakukan pemantauan di fasilitas kesehatan,” ucap Eni, kepada KOMPAS.com, Sabtu (2/11/2024).

Baca juga: Bidan Masih Jadi Kepercayaan Perempuan untuk Kesehatan Reproduksi

Kampung Laut, lokasi puskesmas tempat Eni bertugas, adalah sebuah wilayah yang berada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Tepatnya terletak di tepi Segara Anakan, pesisir pantai selatan Pulau Jawa.

Jumlah penduduk di wilayah Kampung Laut sebanyak 18.836 jiwa, dengan luas wilayah 142 kilometer persegi.

Kampung Laut terdiri dari 4 wilayah binaan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil Segara Anakan yang membentuk beberapa desa, seperti Desa Ujung Alang, Ujung Gagak, Panikel, dan Klaces, di mana akses ke masing–masing desa menggunakan transportasi air atau perahu.

Untuk menuju Puskesmas Kampung Laut dari tempat tinggalnya di Kelurahan Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Eni harus menempuh perjalanan laut sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh 20 kilometer. Eni harus menggunakan perahu untuk menuju puskesmas tempatnya bekerja.

Dari rumah, Eni berangkat jam 06.00 WIB lalu naik motor hingga ke Dermaga Sleko. Setelah menitipkan kendaraannya di parkiran, ia lalu menggunakan perahu menuju puskesmas.

“Perahu yang kami gunakan adalah perahu inventaris yang hanya beroperasi pada hari Senin sampai Jumat,” kisah Eni lagi.

Baca juga: Optimalkan Peran Bidan dalam Layanan KB

Jika ia piket di hari Sabtu dan Minggu, maka Eni terpaksa menggunakan perahu regular dengan biaya sendiri. Namun, perahu itu tidak sampai Puskesmas Kampung Laut, hanya sampai Desa Ujung Alang, desa sebelah puskesmas itu.

Sehingga, Eni dan rekan-rekannya terpaksa harus mencarter perahu lagi untuk dapat sampai ke puskesmas, dengan lama perjalanan 30 menit. Biayanya kurang lebih Rp 72.000 sekali berangkat.

Eni kembali ke rumah sekitar pukul 16.30 WIB.

Namun jika terjadwal piket Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Eni harus menginap di puskesmas dan kambali ke rumah lagi besok sorenya.

“Dalam 1 pekan kami terjadwal 2 kali piket PONED. Lamanya jam kerja 1 kali piket kurang lebih selama 30 jam. Karena tidak bisa dibagi shift, jadi jam piket disesuaikan dengan jam kerja selama 2 hari, dengan pertimbangan sulitnya transportasi yang tidak ada sewaktu waktu, geografis yang sulit, dan jumlah tenaga yang tidak mencukupi,” ujarnya lagi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau