KOMPAS.com - Penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot and mouth disease/HFMD) merupakan penyakit yang sangat menular dan banyak menyerang anak balita.
HFMD yang selama ini disalahpahami sebagai Flu Singapura tersebut beberapa kali menjadi wabah di banyak negara, termasuk Indonesia.
"Sebenarnya penyakit HFMD ini awalnya dari Selandia Baru, tapi pernah menjadi wabah di Singapura tahun 2000-an, sehingga lebih dikenal sebagai Flu Singapura. Padahal istilah ini kurang tepat karena tidak ada flunya dan tidak berasal dari Singapura," papar dr.Kanya Ayu Paramastri Sp.A.
Di Indonesia sendiri, kenaikan kasus penyakit HFMD banyak terjadi pada periode di mana pergerakan orang sangat banyak seperti di masa liburan sekolah atau lebaran.
"Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, sampai dengan minggu ke-13 di tahun 2024 sudah ada 6.500 kasus. Kasus terbanyak memang di pulau Jawa karena kepadatan populasinya," kata ketua tim kerja ISPA Kementrian Kesehatan dr.Nani Rizkiyati dalam acara media edukasi tentang penyakit HFMD yang digelar oleh Kalventis di Jakarta (6/11/2024).
Dijelaskan oleh dr.Kanya, penyakit HFMD disebabkan oleh beberapa jenis virus, salah satunya Enterovirus 71 yang paling berbahaya dan bisa menyebabkan komplikasi serius.
Baca juga: Kenali Apa Itu Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (HFMD)
Anak balita merupakan kelompok yang paling rentan tertular, selain juga anak usia sekolah sampai dengan 10 tahun. Meski orang dewasa pun bisa tertular, meski jarang.
"Penularan pada anak biasanya terjadi di sekolah, daycare, atau pun taman bermain. Virusnya memang mudah menular lewat droplet atau percikan air liur, kontak langsung, atau dari menyentuh barang yang terkontaminasi virusnya," ujar dr.Kanya.
Setelah virus masuk ke tubuh, dibutuhkan masa inkubasi sekitar 3-6 hari dan gejala akan timbul pada hari ke 7-10.
Gejala khas dari penyakit HFMD adalah demam dan muncul lesi di tiga tempat, yaitu tangan, kaki, dan mulut (sariawan).
Pengobatan dan pencegahan
Karena disebabkan oleh virus, penyakit HFMD pada dasarnya bisa sembuh sendiri. Semakin baik daya tahan tubuh anak, semakin cepat virus ini hilang.
Menurut dr.Kanya, penanganan utama HFMD adalah pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi.
"Sebaiknya berikan cairan bernutrisi, kalau bisa yang suhunya sejuk supaya anak lebih nyaman saat menelan. Pemberian obat juga disesuaikan dengan gejalanya," papar dokter yang lebih dikenal di media sosial sebagai momdoc ini.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan jika Anak Terkena Flu Singapura?
Pada anak yang sakit HFMD yang paling penting adalah isolasi agar penyakitnya tidak menular lebih luas.
Selain itu, orangtua juga perlu mewaspadai tanda bahaya pada anak, seperti demam tinggi lebih dari dua hari, anak tampak lemas, serta sariawan yang timbul di membran mukosa mulut sehingga anak tidak nafsu makan.
Meski bisa sembuh sendiri, namun HFMD juga dapat menimbulkan komplikasi berat, seperti dehidrasi berat dan meningitis.
Oleh karena itu, pencegahan dan mengenali tanda dan gejala penyakit ini sangat penting.
Menurut dr.Nani, pencegahan utama adalah memperhatikan kebersihan tangan dan mencuci tangan dengan sabun antiseptik.
Dokter Kanya juga mengingatkan agar anak yang sakit diisolasi dan tidak bersekolah atau dititipkan ke daycare terlebih dulu.
"Walau lesinya sudah hilang dan anak tampak normal, tapi sebenarnya virusnya tetap bertahan di tubuh bisa sampai 4 minggu dan bisa menularkan," ujarnya.
Selain kebersihan diri, saat ini telah tersedia vaksin untuk melindungi anak dari virus enterovirus 71 yang bisa menyebabkan komplikasi dari HFMD.
Vaksin tersebut tersedia untuk anak usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan pemberian dua dosis interval satu bulan.
Baca juga: Kenali Apa Itu Flu Singapura, Penyebab, dan Gejalanya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.