Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Stunting Terjadi Bertahap, Kenali Tanda Awalnya

Kompas.com - 10/12/2024, 11:45 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Stunting merupakan dampak dari kekurangan gizi kronis yang dialami bayi. Meski begitu, stunting tidak terjadi tiba-tiba, kondisi ini diawali dengan berat badan yang tidak bertambah.

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik, Klara Yuliarti menjelaskan, orangtua sebenarnya bisa mengenali tanda awal anak stunting jika tumbuh kembang anak dipantau setiap bulannya.

"Di Indonesia kita punya posyandu, itu program yang baik sekali karena bayi-bayi tiap bulan ditimbang dan diukur tinggi badannnya," paparnya.

Ia mengatakan, stunting diawali dengan kenaikan berat badan tidak optimal (weight faltering) yang dapat terjadi pada usia 3-24 bulan. Kemudian terjadi kenaikan tinggi badan tidak optimal (length faltering) dan akhirnya memengaruhi perkembangan lingkar kepala.

"Setelah berat badan tidak naik dalam beberapa bulan dan tidak ada intervensi, anak akan stunting. Padahal kondisi stunting bisa dicegah dengan cara anak yang berat badannya kurang segera dirujuk ke Puskesmas," ujar staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Baca juga: 6 Cara Menaikkan Berat Badan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Terdapat beberapa penyebab berat badan bayi susah bertambah, mulai dari asupan nutrisinya yang kurang, gangguan penyerapan di pencernaan, atau pun karena ada infeksi yang tidak diketahui. Semua faktor ini harus dicari sehingga bisa segera ditangani.

Orangtua dapat memantau perkembangan tinggi badan dan berat badan anak menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Menurut dr.Klara, idealnya setiap kadar posyandu yang melakukan pengukuran tumbuh kembang anak akan memasukkan angkanya ke dalam tabel yang dapat menjadi acuan agar grafik pertumbuhan harus selalu naik.

Berdasarkan peraturan Kementerian Kesehatan yang mengacu pada rekomendasi WHO, angka kenaikan berat badan yang ideal (pada anak usia 0-2 tahun berdasarkan usia dan jenis kelamin) harus berada pada batas persentil ke-5 dalam tabel pertambahan berat badan

"Kalau grafiknya landai atau turun, harus dicari penyebabnya. Dievaluasi apakah MPASInya kurang atau ada penyakit lain. Kalau berat badan tidak naik-naik segera rujuk ke Puskesmas," katanya.

Melalui deteksi dini, intervensi dan pencegahan dapat dilakukan tepat waktu guna memastikan pertumbuhan anak yang optimal dan mengurangi risiko stunting.

Ciri-ciri seorang anak mengalami stunting pada umumnya dapat terlihat dari tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata anak seusianya.

Namun, stunting bukan hanya masalah tinggi badan saja, melainkan juga keterlambatan perkembangan otak dan bisa meningkatkan risiko penyakit metabolik saat dewasa.

Baca juga: Makanan Khusus untuk Memperbaiki Kondisi Anak Stunting

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau