Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Demam Babi Afrika Tidak Membahayakan Manusia

Kompas.com - 18/12/2024, 12:03 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) merebak di beberapa wilayah Indonesia, memicu kekhawatiran di kalangan peternak karena dampaknya yang merugikan secara ekonomi.

Meski demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa penyakit ini tidak membahayakan manusia dan dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat.

Baca juga: Penyebaran Demam Babi Afrika Meningkat, Pemerintah Bentuk Satgas

Apa itu African Swine Fever (ASF)?

ASF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Asfivirus dalam famili Asfaviridae. Penyakit ini dapat menyerang babi domestik dan babi liar di semua tingkat usia.

ASF dikenal sangat menular dan memiliki tingkat kematian hingga 100 persen sehingga dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi sektor peternakan babi.

  • Virus ASF menyebar melalui berbagai cara, termasuk:
  • Kontak langsung antara babi sehat dan babi yang terinfeksi
  • Melalui serangga, seperti kutu
  • Material pembawa (fomites), termasuk pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, dan pakan mentah yang terkontaminasi virus.

ASF tidak berbahaya bagi manusia

Berdasarkan rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (18/12/2024), dari Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Aji Muhawarman, Kemenkes menegaskan bahwa ASF bukanlah penyakit zoonosis, artinya tidak dapat menular dari hewan ke manusia.

Oleh karena itu, penyakit ini tidak membahayakan kesehatan manusia. Penanganan penyakit ini berada di bawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) serta dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Baca juga: Penyebaran Demam Babi Afrika: Warga Diminta Lakukan Langkah Pencegahan

Pencegahan

Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk melawan virus ASF. Oleh karena itu, langkah pencegahan dan pengendalian menjadi kunci utama dalam menanggulangi penyebaran penyakit ini.

Kemenkes mengimbau masyarakat, terutama para peternak, untuk melakukan langkah-langkah berikut:

  • Melaporkan segera kepada petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat dalam waktu 1x24 jam jika ditemukan babi yang sakit atau mati.
  • Tidak menjual atau membeli babi yang sakit untuk mencegah penyebaran virus.
  • Melakukan pembersihan dan desinfeksi rutin di area peternakan babi.
  • Mengonsumsi daging babi hanya dari hewan yang sehat, yang sudah diawasi pemotongannya oleh otoritas berwenang, serta memasaknya hingga matang.
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah penyebaran virus melalui fomites.

Mengacu pada anjuran dari para ahli kesehatan hewan, masyarakat juga diimbau untuk:

  • Membatasi akses ke peternakan, terutama bagi orang-orang yang tidak berkepentingan
  • Menggunakan pakaian khusus saat memasuki area peternakan untuk mencegah kontaminasi
  • Memisahkan babi baru dari kawanan yang ada untuk memastikan tidak ada penularan
  • Membuang bangkai babi yang mati dengan cara yang aman dan sesuai prosedur yang berlaku untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Baca juga: Demam pada Anak Hanya di Kepala? Kenali Penyebab dan Penanganannya

Kemenkes mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memastikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian ASF dilakukan secara efektif.

Otoritas terkait juga terus memantau situasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya ASF terhadap peternakan babi.

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan penyebaran ASF dapat dikendalikan sehingga kerugian ekonomi pada sektor peternakan babi dapat diminimalkan. Kemenkes mengimbau semua pihak untuk tetap waspada dan bekerja sama dalam menanggulangi wabah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau