KOMPAS.com - Edema paru terkadang dapat menyebabkan kematian.
Edema paru bisa berkembang secara bertahap (kronis) maupun mendadak (akut) yang memerlukan perawatan medis segera.
Dalam kebanyakan kasus, penyebab edema paru adalah masalah pada jantung. Namun, edema paru juga bisa terjadi karena kondisi yang tidak berhubungan dengan jantung.
Baca terus artikel ini yang akan mengulas seputar edema paru.
Baca juga: Emilia Contessa Alami Edema Paru Sebelum Meninggal, Kondisi Apa Itu?
Dikutip dari Yale Medicine, edema paru menggambarkan suatu kondisi di mana cairan menumpuk di paru-paru, sehingga menyulitkan pernapasan.
Penumpukan cairan paling sering disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan di dalam jantung.
Namun, penyebab lain juga dapat mengirimkan cairan berlebih ke paru-paru, termasuk gagal ginjal, reaksi transfusi darah, atau perjalanan ke dataran tinggi.
Edema paru merupakan situasi darurat, karena orang yang mengalami kondisi ini tidak menerima oksigen yang mereka butuhkan.
Edema paru cenderung menyerang orang dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang mengalami gagal jantung.
Hingga 80 persen orang dengan gagal jantung juga mengalami edema paru. Pria lebih sering terkena daripada wanita.
Baca juga: MUA Slam Wiyono dan Emilia Contessa Meninggal karena Masalah Paru-paru, Pelajari Gejalanya...
Dikutip dari Cleveland Clinic, penyebab edema paru dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kardiogenik (berhubungan dengan jantung) atau nonkardiogenik (tidak berhubungan dengan jantung).
Edema paru kardiogenik berarti cairan menumpuk di paru-paru akibat masalah jantung.
Penyebab edema paru kardiogenik paling umum adalah gagal jantung kongestif.
Ini terjadi ketika sisi kiri jantung (ventrikel kiri) berhenti memompa darah dengan benar, darah menumpuk kembali ke pembuluh darah di paru-paru.
Saat tekanan di pembuluh darah meningkat, cairan terdorong ke kantung udara di paru-paru.