KOMPAS.com - Sebenarnya sakit setelah merayakan lebaran bukan hanya terjadi di Indonesia. Lepas kontrol saat berhari raya membuat rumah sakit dipenuhi pasien. Agar tak dilarikan ke rumah sakit seusai lebaran, lebih baik berjaga-jaga. Antara lain dengan check up kesehatan.
Sebenarnya masa puasa adalah masa pengontrolan yang baik untuk sebagian besar penderita diabetes maupun tekanan darah tinggi. “Namun ketika lebaran tiba tubuh dikagetkan dengan banyaknya asupan gula, kolesterol dan garam. Inilah yang akan memicu kambuhnya penyakit-penyakit lama,” ujar Dr. Diah Noviyanti dari laboratorium klinik Pathlab Sunter Jakarta.
Lalu kesibukan merayakan lebaran itu menyebabkan pasien melupakan kewajiban minum obat untuk mengontrol penyakitnya.
“Sebenarnya, penyakit yang timbul setelah merayakan hari lebaran atau hari libur besar merupakan gejala umum di seluruh dunia. Di belahan dunia barat kasus serangan jantung biasa meningkat di bulan Desember dan Januari setelah perayaan natal dan tahun baru. Biasanya di hari besar itu orang lebih membuka keran kontrol diri. Ditambah lagi, tingkat depresi biasanya juga meningkat bila musim hari raya atau liburan tiba,” ungkapnya .
Stres dan depresi memang sering terjadi di hari besar. Pengeluaran uang pun lebih besar dari hari-hari biasa. Stres karena masalah keuangan ini juga berbahaya. “Tidak punya uang tapi harus tetap belanja. Mereka cemas dan khawatir. Karena itu tak heran jika mereka kemudian makan lebih banyak lagi,” kata Gerald Fletcher, MD, ahli penyakit jantung dari the Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, AS.
Lepasnya kontrol diri terhadap pantangan makanan itu ditambah dengan banyak tersedianya makanan berlemak membuat seseorang jadi rentan terkena penyakit metabolik untuk jangka panjang berupa diabetes, tekanan darah tinggi, peningkatan kolesterol, serangan jantung mendadak dan gangguan ginjal. Buat orang kebanyakan diare juga merupakan ancaman penyakit yang biasa diderita orang saat lebaran.
Agar tidak kecolongan, waspadai gejala serangan jantung di hari raya. Tanda-tanda serangan jantung biasanya adalah napas pendek-pendek atau nyeri dada setelah makan enak. Sering dikira, rasa nyeri itu adalah indigestion atau salah cerna. Ada pula gejala serangan jantung berupa tubuh banjir keringat dan namun bila diraba terasa dingin. Segera pergi ke rumah sakit adalah tindakan bijaksana meskipun itu hari pertama merayakan lebaran.
Cara paling baik berkelit dari penyakit berat serupa serangan jantung, stroke dan diabetes terlebih di hari raya adalah dengan mencegahnya agar tidak benar-benar datang. Periksa kesehatan atau check up adalah langkah bijaksana mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Lewat check up itu dilakukan skrining faktor-faktor risiko untuk terkena penyakit sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan sejak dini. Seseorang memiliki risiko tinggi sakit jantung jika dia menderita kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olah raga dan merokok.
“Mereka yang paling banyak mendapat manfaat dari check up adalah mereka di atas 45 tahun untuk pria dan di atas 55 tahun untuk wanita. Khususnya jika mereka merokok, kelebihan berat badan, tidak berolah raga, dan mengonsumsi makanan yang kaya lemak jenuh,” ujar Prof. Rod Jackson, ahli epidemiologi terkemuka dari Auckland University, Selandia Baru.
Karena itu, untuk orang tua tercinta, mungkin hadiah periksa kesehatan lengkap ini bisa jadi hadiah lebaran yang tak ada duanya untuk mereka. Sebab dengan check up, kesehatan mereka bisa dimonitor dan risiko-risiko serangan jantung dan stroke bisa dicegah lebih dini.
“Sebaiknya untuk pencegahan aneka penyakit itu lakukan pemeriksaan lengkap di laboratorium mencangkup kencing manis, kolesterol, asam urat, fungsi hati, fungsi ginjal, darah lengkap, urin lengkap serta juga pemeriksaan tekanan darah,” ujar Dr. Diah.
Namun sejatinya kini pemeriksaan kesehatan komplit itu bukan hanya kebutuhan warga paruh baya atau orang tua. Sebab kini risiko terkena serangan jantung dan stroke saat ini bergeser dari usia paruh baya ke usia yang lebih muda tanpa memandang jenis kelamin.
“Saat ini pola hidup dan pola makan sudah bergeser. Pola makan di perkotaan cenderung kaya akan lemak dan garam. Apalagi mereka yang punya riwayat keturunan penyakit diabetes, hiperkolesterol, gangguan jantung, perlemakan hati, gangguan ginjal, hipertensi dan obesitas, mereka ini memiliki risiko tinggi untuk tiba-tiba jatuh sakit. Mereka ini wajib menjalani pemeriksaan kesehatan,” kata Dr. Diah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.