Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2016, 10:36 WIB
KOMPAS.com - Di dunia maya dan sejumlah media massa, kengerian serangan teror menyebar tanpa sensor. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak yang belum paham pun ikut terpapar informasi aksi terorisme tersebut.

Setelah berjam-jam ikut menyaksikan tayangan siaran langsung aksi teror bom di kawasan Sarinah Thamrin Jakarta melalui televisi, mungkin banyak anak-anak kecil yang akrab dengan kata "terorisme".

Bukan hanya berita tentang terorisme, berita-berita mengenai kriminalitas seperti kasus pembunuhan atau perampokan juga sering ditonton anak dari layar televisi atau media massa.

"Keponakan saya yang baru berumur 4 tahun jadi sering bertanya teroris itu apa. Sebelumnya juga ia ingin tahu arti begal, pemerkosa, atau pembunuh," kata Indah, seorang jurnalis.

Menjelaskan berita kriminalitas kepada anak usia dini memang tidak mudah. Mereka umumnya hanya mengira-ngira apa yang terjadi.

Walau begitu menurut psikolog forensik Nathanael EJ Sumampouw M.Psi, orang dewasa tidak perlu memberi penjelasan panjang lebar dan tak perlu menutup-nutupi peristiwa sebenarnya.

Nael menyarankan, sebelum memberi jawaban atas pertanyaan anak, gali dulu melalui dialog dengan anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak atas peristiwa tersebut.

"Misalnya kalau dia tanya arti teroris atau pemerkosa, gali informasi apa yang sudah dia tahu. Lalu tanyakan apakah menurut dia pelaku kejahatan itu orang baik atau jahat, mau kah ia berteman dengan orang seperti itu, dan sebagainya," papar psikolog yang biasa disapa Nael itu dalam diskusi yang digelar Forum Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobras) di Jakarta (19/1/16).

Jangan juga berikan harapan palsu pada anak. “Harus ditekankan kepada orangtua untuk tidak memberikan harapan palsu bahwa semua akan baik-baik saja. Berikan penjelasan yang jujur tetapi dalam bahasa anak yang mudah dipahami,” kata Nael.

Setelah itu, sampaikan pula bahwa di dunia ini ada orang-orang baik, misalnya ada bapak polisi yang tugasnya melumpuhkan teroris dan menjaga keamanan, atau ada juga dokter yang menolong orang terluka.

"Jadi ada cerita sedih, tapi juga sampaikan ada cerita baik mengenai pahlawan di lingkungan kita," katanya.

Baca juga: Antisipasi Trauma pada Anak akibat Pemberitaan Terorisme


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau