Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Kesehatan Lambung, Pertahankan Waktu Makan Teratur

Kompas.com - 22/06/2016, 14:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Keteraturan pola makan dan makan tak berlebihan selama berpuasa dan Lebaran sebaiknya dibiasakan di luar bulan puasa. Sebab, hal itu bisa menurunkan risiko terkena penyakit pencernaan dan membuat lambung lebih sehat.

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia Ari Fahrial Syam mengemukakan hal itu pada forum diskusi kesehatan kerja sama harian Kompas dan Rumah Sakit Siloam bertema "Tetap Sehat dan Bugar Saat Puasa dan Lebaran", Selasa (21/6), di Bentara Budaya Jakarta.

Ari mengatakan, selama berpuasa, jadwal makan akan lebih teratur. Makan yang teratur dan tak mengonsumsi kudapan tak sehat akan mengatasi sakit mag. Sebanyak 60-70 persen penyakit mag bersifat fungsional yang sebenarnya bisa diatasi jika makan teratur dan tak mengonsumsi kudapan tak sehat.

"Di minggu awal puasa, mereka yang memiliki penyakit mag biasanya beradaptasi. Mulai minggu kedua, mereka bisa beradaptasi dengan baik," kata Ari. Bahkan, puasa bisa menurunkan gejala penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) akibat naiknya asam lambung hingga ke kerongkongan.

Jadwal makan tak teratur justru membuat asam lambung naik dan turun tak normal sehingga memicu mag.

Selain itu, konsumsi makanan terbatas saat berpuasa menyebabkan tubuh membakar lemak yang menutupi organ dalam dan mengeluarkan racun di tubuh selama perut kosong. Hal itu memungkinkan terjadi penurunan berat badan.

Keteraturan makan, lanjut Ari, harus dibiasakan. Sebab, ada kecenderungan setelah bulan puasa orang kembali pada kebiasaan makan tak sehat.

Dokter spesialis gizi klinik dari RS Siloam TB Simatupang Verawati Sudarma menambahkan, mereka yang berpuasa cenderung tak mengontrol asupan makanan saat berbuka puasa. Seseorang kerap mengonsumsi terlalu banyak makanan manis sehingga melebihi kebutuhan kalori harian. "Jumlah kalori yang dimakan saat berbuka bisa sampai 3.000 kalori," ujarnya.

Saat berpuasa, metabolisme tubuh melambat. Namun, ketika berbuka puasa, orang cenderung makan berlebih sehingga metabolisme dengan asupan makanan tak sinkron. Kelebihan asupan makanan akan ditumpuk jadi lemak di tubuh. "Berbuka dengan makan 2-3 butir kurma sudah cukup. Setelah 15-30 menit, baru makan lengkap," ucap Verawati.

Penyandang diabetes

Staf pengajar Divisi Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suharko Soebardi, menjelaskan, penyandang diabetes tak beda dengan orang umumnya dalam konsumsi makanan dan berpuasa.

"Hal yang membedakan penyandang diabetes dari orang nondiabetes adalah jumlah asupan kalori tak bebas, harus diatur dan disiplin," kata Suharko yang juga anggota Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Jika diasumsikan makanan yang dikonsumsi dalam sehari 100 persen, saat berpuasa diatur waktu makan dan konsumsi obat. Pengaturannya, makan saat berbuka 50 persen, seusai shalat Tarawih 10 persen, dan ketika sahur 40 persen. "Berpuasa adalah ibadah, bukan hukuman diikuti dengan 'balas dendam' saat berbuka," ujarnya.

Menurut Suharko, mereka yang tak dianjurkan berpuasa, antara lain penyandang diabetes tipe 1, mereka yang mengalami ketoasidosis tiga bulan terakhir, penderita hipoglikemi berulang, dan ibu hamil dengan diabetes.

Selain itu, Suharko mengingatkan pentingnya asupan air bagi tubuh selama berpuasa. Kebutuhan air dalam sehari mencapai 2 liter. Agar bugar, mereka yang berpuasa perlu tetap beraktivitas fisik. (ADH)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2016, di halaman 13 dengan judul "Pertahankan Waktu Makan Teratur di Luar Puasa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau