KOMPAS.com - Panik ketika sedang menghadapi situasi yang tidak menguntungkan adalah reaksi wajar makhluk hidup. Tapi, jika serangan panik datang secara kontinyu dan sering terjadi tanpa sebab, itu bisa berarti ada gangguan psikologis.
Serangan panik atau panick attack termasuk dalam kategori gangguan panik. Gangguan panik ditandai oleh serangan anxietas atau teror berkala.
Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang sering (setiap hari atau setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan, tetapi diikuti periode tenang selama berminggu-minggu.
Perlu diperhatikan, serangan panik dapat terjadi pada gangguan anxietas lain seperti pada fobia dan gangguan stres pascatrauma. Berikut ini delapan hal mengenai serangan panik yang mungkin belum Anda tahu.
1. Gejalanya bisa menakutkan.
"Serangan panik biasanya menyerang tanpa peringatan," kata Peter Kanaris, Ph.D, seorang psikolog klinis di Smithtown New York.
Ketika terjadi serangan, akan muncul sensasi fisik yang meresahkan seperti sakit dada, gemetar, pusing, merasa seolah-olah anggota badan akan mati rasa atau kesemutan. Pada beberapa orang muncul perasaan takut mati, kehilangan kontrol, atau takut menjadi gila.
2. Tidak berlangsung lama, tapi rasanya seperti tidak akan berakhir.
Ketika serangan panik datang, penderitanya mungkin akan merasa bahwa serangan itu seperti tidak ada habis-habisnya, seperti akan berlangsung selamanya.
Idealnya, ketika merasa panik, otak kita akan masuk ke fase "hadapi" atau "lari". Tapi pada serangan panik, fase itu tidak ada. Anda seperti tidak mampu melawan.
"Meski terasa lama, sebenarnya serangan panilk hanya berlangsung sekitar setengah jam dan mencapai puncak dalam waktu 10 menit. Jarang ada yang berlangsung lebih dari satu jam," kata Kanaris.
3. Tidak ada penyebab yang jelas.
Faktor-faktor tertentu, seperti genetika atau transisi kehidupan, dapat meningkatkan peluang Anda mengalami serangan panik.
"Serangan panik mungkin terjadi dari kombinasi faktor internal dan eksternal. Misalnya, mungkin Anda punya kecenderungan genetik untuk mudah cemas atau mengalami gangguan suasana hati. Kemudian, kecenderungan ini berubah menjadi serangan panik ketika Anda menghadapi situasi yang menurut Anda tidak nyaman," kata Greg Kushnick, Psy.D, seorang psikolog di Manhattan.
4. Standar tinggi meningkatkan risiko.