Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacingan Bikin Anak Jadi Bodoh

Kompas.com - 04/10/2010, 14:14 WIB

Kompas.com — Ukurannya renik, tetapi mereka bisa merampas masa depan anak-anak. Karena cacingan, otak dan otot anak tidak tumbuh sempurna sehingga mereka kurang gizi dan bodoh. Tangkal dengan gaya hidup sehat.

Lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking reniknya, telur-telur itu tidak akan pecah meski telah digilas ban kendaraan bermotor.

Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.

Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. "Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak," kata dr Handrawan Nadesul, pengamat masalah kesehatan, yang ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. "Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang harus dipikul?" kata dokter yang mengasuh rubrik kesehatan di berbagai media ini.

Sebagai gambaran, seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur!

Baik berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung anemia. "Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa menurun hingga 2 digit," imbuh Handrawan.

Tak kurang gawat, anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah lima tahun (balita) sehingga cacingan bisa menyebabkan penyakit lain yang akan mengganggu tumbuh kembangnya. Bisa jadi nyawa taruhannya.

Kenali gejalanya Diperkirakan, 60 persen orang Indonesia mengidap cacingan, terbanyak pada usia 5-14 tahun. Kecacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Curigai anak Anda cacingan jika ia sering lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi. Untuk memastikan, tinja sebaiknya diperiksa dengan mikroskop.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com