Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Demam Berdarah Masih Tinggi, Kemenkes Ingatkan 3M

Kompas.com - 07/05/2024, 10:30 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Kasus demam berdarah (DBD) di Indonesia masih tinggi. Penyakit DBD yang ditemukan saat ini masih ditandai dengan gejala klinis yang sama, yaitu bintik merah, demam, sampai mimisan.

Saat ini terdapat vaksin demam berdarah yaitu etravalent dengue vaccine (TDV) yang dirancang untuk memberi perlindungan terhadap empat virus dengue sekaligus, mulai dari DENV1, DENV2, DENV3, hingga DENV4.

Baca juga: Minuman Apa yang Bisa Menyembuhkan Demam Berdarah? Berikut 4 Daftarnya

Dikutip drai Siloam Hospitals, vaksin demam berdarah mengandung virus dengue yang telah dilemahkan sehingga tidak mengakibatkan penyakit, melainkan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi.

Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjelaskan bahwa pencegahan demam berdarah yang paling efektif saat ini yaitu dengan pencegahan sarang nyamuk.

"Saat ini memang sudah ada vaksin demam berdarah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara mandiri. Tapi ingat, bahwa walaupun sudah divaksin kita masih akan ada kemungkinan terkena demam berdarah. Jadi memang PSN dan 3M itu masih harus kita lakukan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dilansir dari Antara, Senin (6/5/2024).

Adapun 3M tersebut adalah dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang beda yang berisiko dijadikan nyamuk sebagai tempat berkembang biak.

Selain itu, dia juga mengatakan perlunya kerja sama dari masyarakat dan pemerintah setempat, karena tidak mungkin petugas kesehatan memastikan tiap rumah penduduk terbebas dari sarang nyamuk.

Nadia menjelaskan, kasus tertinggi demam berdarah dengue ada di Kota Bandung, Kabupaten Tanggerang, Kota Bogor, Kendari, dan Kabupaten Bandung Barat.

Sementara itu, ujarnya, angka kematian tertinggi ada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Jepara, Kota Bekasi, Subang, dan Kabupaten Kendal.

Dia menjelaskan bahwa penyakit tersebut banyak mengenai anak-anak usia lima hingga 14 tahun, karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum terbentuk secara sempurna.

Baca juga: Dokter Jelaskan Tidak Ada Perbedaan Gejala DBD Dahulu dan Sekarang

Menurutnya, orang dewasa memiliki risiko tertular dan terkena demam berdarah juga, namun kemungkinan masuk ke fase preshock lebih kecil karena orang dewasa memiliki cairan tubuh yang banyak.

"Anak-anak itu jumlah cairannya lebih dikit, sehingga kalau terganggu seperti awal-awal syok itu dia akan lebih cepat sekali jatuh ke dalam yang berat," katanya.

Dia mengatakan, jika sudah lebih dari tiga hari demam tidak turun-turun, bahkan suhu permukaan tubuh anak terasa dingin, segera dibawa ke rumah sakit, karena hal tersebut bisa jadi fase preshock.

"Apalagi kemudian kita menemukan tanda-tanda misalnya gusi berdarah, mimisan, atau nyeri di perut itu bisa saja artinya perdarahan di dalam saluran cerna," katanya.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau