TULUNGAGUNG , KOMPAS.com - Perlindungan terhadap ibu hamil pengidap HIV/AIDS kini masih menjadi masalah. Idealnya, ODHA hamil menjalani persalinan dengan bedah caesar (sectio caesar/SC) guna menekan risiko penularan HIV/AIDS. Tetapi karena faktor biaya dan stigma yang masih kuat, tidak semua ODHA hamil menjalani prosedur persalinan ini.
Persalinan seorang ibu hamil pengidap HIV-AIDS belum lama ini terjadi di Rumah Sakit Dr Iskak, kota Tulungagung Jawa Timur. Manajer kasus pada klinik VCT (voluntary consulting and testing ) Seruni Rumah Sakit Dr Iskak, Tulungagung, Zainur Rahman yang menangani perkembangan kehamilan ibu tersebut menyatakan, persalinan dengan SC akhirnya dapat dilaksanakan setelah semula sempat dicemaskan.
Zainur menjelaskan Minggu (10/4/2011) , identitas nama, lokasi, jadwal persalinan tak bisa diungkapkan, demi melindungi nama ibu ODHA yang melahirkan dan juga demi kebaikan si bayi dan masa depannya kelak.
Sejauh yang dapat dilakukan, metode persalinan caesar dapat mengurangi risiko penularan HIV/AIDS dari ibu kepada bayi. "Terhadap bayi baru nanti setelah usianya sekian tahun bisa dilaksanakan uji HIV/AIDS, apakah tertular atau tidak," katanya.
Aktivis perlindungan ODHA di Tulungagung, Ifada Nurahmania menjelaskan di Tulungagung, Selasa (30/3), sampai sekarang perlindungan terhadap ODHA hamil dan secara umum ODHA, menyangkut pemenuhan hak-hak asasinya masih merupakan masalah.
"Situasi stigmatik juga masih kuat, sehingga ODHA juga kian bersikap enggan untuk bekerjasama dengan kalangan medis dan perlindungan ODHA," katanya.
Semula sempat digelisahkan, apakah RS dr Iskak akan melakukan tindakan caesar atau tidak terhadap ibu hamil ODHA tersebut. Protokol medisnya menyatakan, seharusnya atau idealnya ODHA hamil melahirkan dengan SC, demi menghindari kerawanan penularan pada petugas persalinan dan bayi yang dilahirkan.
Namun ada sejumlah kasus, sebelum ini dengan alasan biaya, sejumlah ODHA melahirkan tanpa caesar, yang artinya membahayakan bayi terhadap kemungkinan penularan dari ibu.
Menurut catatan Ifada, sejauh ini sudah ada 12 kasus persalinan ODHA. Namun dari sejumlah itu, hanya dua di antaranya yang benar-benar bersalin melalui SC. Persalinan terakhir tersebut persalinan ketiga belas ODHA di Tulungagung, dan persalinan ketiga dengan caesar.
"Masalahnya, kondisi psikologi dan umumnya ekonomi ODHA juga dalam keadaan lemah. Sehingga tidak cukup memiliki usaha untuk meminta layanan caesar," kata Ifada menambahkan.